Rabu 28 Nov 2018 11:27 WIB

Pemuda Muhammadiyah Cari Pelapor Kasus Dana Kemah

Polda Metro Jaya telah meningkatkan status kasus dana kemah ke tingkat penyidikan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andri Saubani
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menjawab pertanyaan wartawan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung Krimsus, Polda Mertojaya, Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Foto: Antara/Reno Esnir
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menjawab pertanyaan wartawan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung Krimsus, Polda Mertojaya, Jakarta, Jumat (23/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah mengaku akan mencari tahu pihak yang melaporkan dugaan penyelewengan atas dana Apel dan Kemah Kebangsaan Pemuda Islam Indonesia 2017. Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Irfannusir Rasman mengatakan, pihaknya akan mencari pelapor itu secara bersama.

"Kita cari (pelapornya), bersama kita cari. Kan Kemenpora juga cari, bersama kita cari siapa yang melaporkan," kata Irfannusir di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, Selasa (27/11).

Pihaknya pun belum memutuskan untuk membentuk tim khusus. Ia menunggu arahan dari Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.

"Saya kira, kita tunggu arahan dari Ketum Dahnil saja, apakah akan kita bentuk tim atau masih perlu kita cari," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengaku sudah bertemu dengan Dahnil. Pada pertemuan tersebut dibahas mengenai bergulirnya kasus dugaan korupsi kegiatan Kemah Pemuda Islam Indonesia tahun anggaran 2017.

"Saya nggak tahu, tapi Bang Dahnil sudah menyampaikan kepada saya bahwa ini mungkin atmosfer yang terjadi menjelang Muktamar Pemuda Muhammadiyah," kata Imam ditemui di Surabaya, Ahad (25/11).

Imam pun mengaku sudah meminta Dahnil untuk mencari tahu siapa pelapornya dan apa motif dibalik pelaporannya tersebut. Karena ini menjelang Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Imam tidak ingin muncul tuduhan atau muncul suatu isu yang tidak penting untuk dipublikasikan.

"Yang paling penting, cari pelapornya dulu, motifnya apa di balik ini semua. Kalau motifnya internal, tapi kenapa kemudian kok dibesarkan seperti sekarang," ujar Imam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement