Selasa 27 Nov 2018 16:06 WIB

BPOM Kerja Sama dengan OKI Jalankan Diplomasi Global

Kerja sama vaksin bertujuan untuk memastikan penyakit-penyakit berbahaya.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Gita Amanda
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (ketiga kanan) bersama Kepala BPOM Penny K Lukito (kedua kanan) berfoto bersama delegasi sebelum membuka pertemuan pertama Kepala Otoritas Regulatori Obat (NMRAs) negara anggota OKI di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (ketiga kanan) bersama Kepala BPOM Penny K Lukito (kedua kanan) berfoto bersama delegasi sebelum membuka pertemuan pertama Kepala Otoritas Regulatori Obat (NMRAs) negara anggota OKI di Jakarta, Rabu (21/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kerja sama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan salah satu bentuk diplomasi global untuk memberikan kontribusi kepada bangsa-bangsa lain khususnya di bidang kesehatan (health security). Pengamat kebijakan publik Riant Nugroho mengatakan sebagai negara yang unggul di bidang vaksin dan obat, Indonesia berkewajiban memberikan sumbangsih kepada negara-negara OKI.

Sebab sebagian negara-negara OKI masih memiliki masalah dengan pengadaan vaksin dan obat berkualitas. Hal itu disampaikan saat menanggapi pertemuan dengan Kepala Otoritas Regulatori Obat (National Medicine Regulatry Authorities/NMRAs) dari negara-negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI).

Menurut Direktur Institute for Policy Reform ini, kerja sama vaksin bertujuan untuk memastikan penyakit-penyakit berbahaya seperti pandemik tidak muncul di berbagai belahan dunia, khususnya negara anggota OKI. Apalagi Indonesia memproduksi banyak jenis vaksin yang cocok untuk penyakit-penyakit tropis di negara-negara berkembang.

"Meski demikian, prioritas tetap kepada kebutuhan dalam negeri. Jangan sampai kita kekurangan vaksin lalu kita ekspor ke luar negeri. Ekspor haruslah bersumber dari kelebihan kapasitas. Konstitusi mengamanahkan kita untuk menjadi warga negara dunia yang peduli dan berkontribusi, dengan tidak mengabaikan anak-anak bangsa sebagai priotas utama," jelasnya.

Ia sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Kepala BPOM bahwa kegiatan ini merupakan kerja sama kemitraan kemanusiaan dan bukan sekedar kerja sama keekonomian atau keuntungan. Dalam konteks perluasan pasar ekspor vaksin, menurutnya, Indonesia harus mengapresiasi kerja sama ini.

Namun keuntungan ekonomi adalah konsekuensi logis dari kerja sama kemanusiaan, yang secara langsung berdampak pada keeratan hubungan antara Indonesia dan OKI. Dan ini adalah hubungan yang egaliter, yang saling mendukung. Riant menambahkan bahwa konsep kerja sama BPOM dan OKI ini sesuai dengan pola yang pernah diajarkan Presiden Soekarno bahwa Indonesia harus menolong bangsa-bangsa lain yang masih kekurangan.

"Selain OKI, kita bisa kerja sama misalnya dengan negara-negara Afrika dan Asia Selatan. Bukan dengan Eropa yang memang sudah berkecukupan. Fokusnya pada negara-negara yang masih kekurangan. Jadi Indonesia itu seperti kota yang bersinar di atas bukit dan sinarnya menerangi kota-kota lain di bawahnya," ungkapnya.

Dalam waktu kurang dari lima tahun, tambah Riant, lagi Indonesia bisa menjadi negara yang tidak saja besar secara ekonomi namun juga besar dalam hal kontribusi sosialnya kepada masalah-masalah dunia. Hingga Indonesia dihormati tidak saja karena menjadi negara dengan PDB terbesar kelima di dunia, tetapi karena kepeduliannya di bidang kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement