REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan organisasinya akan tetap mengambil jarak dari pergumulan politik praktis dengan tidak bersikap pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2019.
"Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan khittahnya untuk tetap mengambil jarak dari pergumulan politik praktis," kata Haedar usai menghadiri pembukaan Muktamar ke-XVII Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Senin (26/11).
Menurut dia, untuk tetap tidak bersikap dan mengambil jarak dengan politik meski ada kader yang mendukung pada pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019 karena itu sudah melekat sejak organisasi besar Islam ini berdiri.
"Itu (sikap Muhammadiyah terhadap politik) sudah (sesuai) hasil dari proses sejarah yang panjang dari Muhammadiyah," katanya.
Haedar pun kembali menegaskan tidak ada yang berubah dari sikap organisasinya terhadap politik, meskipun dinamika politik di Indonesia terus berubah, karena itu sudah sesuai kepribadian Muhammadiyah sejak didirikan Kiai Haji Ahmad Dahlan.
"Tidak ada yang baru dari Muhammadiyah, setiap periode sejak Kiai Dahlan sampai kapanpun bahwa Muhammdiyah berdiri di atas kepribadian dan khittahnya, jadi itu sudah prinsip Muhammadiyah dan tidak ada yang berubah," katanya.
Bahkan ketika disinggung tentang pernyataan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais yang akan "menjewer" Haedar jika membebaskan kadernya menentukan politik di Pilpres 2019, jawaban Haedar tetap sama.
"Jawaban saya sama tidak ada yang berubah dari Muhammadiyah dan tidak akan pernah berubah, Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan khittahnya," katanya menegaskan.