Senin 26 Nov 2018 21:34 WIB

Pemkot Sukabumi Kenalkan Dunia Pertanian Sejak Dini

Generasi muda saat ini jarang yang tertarik pada dunia pertanian

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hazliansyah
Petani menjemur padi secara tradisional di wilayah adat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Foto: Republika/Edi Yusuf
Petani menjemur padi secara tradisional di wilayah adat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jumlah petani di Kota Sukabumi terus mengalami penurunan. Sebabnya generasi muda saat ini jarang yang tertarik pada dunia pertanian.

"Saat ini jumlah petani yang tersisa sebanyak 500 orang," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Kardina Karsoedi kepada wartawan Senin (26/11).

Kebanyakan petani tersebut rata-rata berusia tua dan jarang yang masih muda.

Berkurangnya jumlah petani, ungkap Kardina, disebabkan banyak generasi muda yang belum tertarik masalah pertanian. Oleh karena itu ke depan DKP3 akan mengupayakan sejumlah program pengenalan dunia pertanian kepada masyarakat.

Khususnya ditujukan kepada anak-anak di sekolah. Mereka dikenalkan mengenai produk pertanian yang sering dikonsumsi sehari-hari.

Ketika mereka mengenal produk pertanian tersebut, diharapkan anak-anak menghargai profesi petani. Selain itu anak-anak bisa tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.

Sasaran pengenalan dunia pertanian ini adalah anak-anak pendidikan usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah dasar (SD). Anak-anak tersebut dikenalkan dunia pertanian dengan cara menarik.

Kardina menuturkan, pada saat ini juga banyak para para pemuda yang berhasil menerapkan dan mengembangkan metode pertanian modern seperti hidroponik. Sehingga ke depan DKP3 Sukabumi berupaya optimal meningkatkan dan mengembangkan inovasi dalam bidang pertanian baik pertanian konvensional maupun modern.

Targetnya supaya banyak pemuda yang tertarik dan berminat menjadi petani. Upaya lainnya dengan menggiatkan sosialisasi, penyuluhan dan pendampingan kepada para pemuda terutama yang tergabung dalam komunitas pertanian.

"Dalam momen itu disampaikan jika seluruh pemuda memilih dunia usaha dan industri, siapa yang akan melanjutkan bertani dan mengembangkan pertanian," imbuh Kardina.

Padahal semua lapisan masyarakat termasuk para pemuda setiap hari mengonsumsi hasil produk pertanian.

Di sisi lain, ungkap Kardina, jika petani terus berkurang maka akan dikembangkan teknologi yang tepat guna yakni tidak banyak mempekerjakan banyak orang. Hal ini untuk menyiasati keterbatasan sumber daya manusia di bidang pertanian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement