REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nelayan Muara Angke, Iwan Carmini mengeluhkan keberadaan sampah plastik yang semakin meningkat. Nelayan mengaku hasil tangkapan menurun, karena sampah-sampah plastik mengakibatkan tingkat kesehatan biota laut menurun.
"Setiap di ujung muara sungai jelas banyak sekali sampah. Terutama sampah plastik. Itu sampah-sampah dari darat, ketika sampai muara dia lari ke pesisir," kata Iwan kepada Republika.co.id, Jumat (23/11).
Ditemukannya seekor paus baru-baru ini yang meninggal dengan isi perut terdapat banyak sampah plastik, Iwan mengaku terkejut. Menurut dia, hal itu mencerminkan bahwa sampah plastik dalam kondisi mengkhawatirkan. Sebab, habitat paus ada di tengah laut tapi tetap bisa memakan sampah.
Sementara di pesisir, Iwan mengatakan, kondisi kesehatan ikan-ikan yang ditangkap olehnya tidak seperti dulu. Sedangkan biota laut lainnya seperti kerang-kerang yang hidup di dalam lumpur pun tak sesegar sebelum sampah menyebar dimana-mana.
"Itu tidak menurunkan harga, tapi dampaknya ke mata pencaharian. Biasa kita bisa dapat 50 kilogram sehari, ini Cuma 25 kilogram karena banyak yang tidak sehat," ujarnya.
Iwan mengaku, ia sudah menjadi nelayan di Muara Angke selama 20 tahun. Menurut dia, dari tahun ke tahun, sampah semakin banyak. Berbeda saat dia baru menjadi nelayan, air terlihat jernih dan sampah hampir tidak ada. Namun, kini air menjadi keruh akibat sampah plastik. "Dulu air bagus, sekarang jadi keruh karena banyak sampah ditambah adanya reklamasi membuat sirkulasi air kurang bagus," ucapnya.