Jumat 23 Nov 2018 16:14 WIB

Milla Terusir, Timnas Tersingkir, PSSI Mesti Mikir

PSSI diminta berbenah agar sepak bola Indonesia bisa lebih maju.

Pemain timnas Indonesia berjalan meninggalkan lapangan usai pertandingan melawan Thailand dalam laga lanjutan Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Pemain timnas Indonesia berjalan meninggalkan lapangan usai pertandingan melawan Thailand dalam laga lanjutan Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Rajamangala, Bangkok.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anggoro Pramudya, Bambang Noroyono, Eko Supriyadi

JAKARTA -- Kegagalan timnas Indonesia di Piala AFF 2018 harus dijadikan pelajaran oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). PSSI diminta berbenah diri agar sepak bola Indonesia bisa lebih maju.

Koordinator Save Our Soccer (SOS)Akmal Marhali menilai, para petinggi PSSI menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Hansamu Yama cs. Sejak awal, ia mengaku sangat pesimistis dengan penampilan timnas karena minimnya persiapan.

"Salah satunya karena ada pergantian mendadak pelatih Luis Milla ke Bima Sakti," kata Akmal kepada Republika.co.id, Kamis (22/11).

Proses penunjukan Bima Sakti menjadi pelatih menghadirkan tanda tanya besar di benak pencinta sepak bola Tanah Air. Selain jabatan sebelumnya yang hanya menjadi asisten Luis Milla, kata Akmal, Bima Sakti juga belum memiliki jam terbang yang ideal untuk mengemban tugas berat dari PSSI.

Meski begitu, Bima Sakti tak bisa disalahkan sepenuhnya karena hanya mengemban tugas. Menurut Akmal, PSSI-lah yang melakukan kesalahan karena menunjuk Bima Sakti. Dia menyebut, keputusan itu sebagai blunder besar PSSI yang mempunyai mimpi besar menjadi juara, tetapi tidak memikirkan hal terpenting.

Akmal berharap seluruh pimpinan PSSI menyatakan permohonan maaf atas kegagalan timnas. "Lebih keren, mereka semua mundur karena gagal untuk membangun manajemen timnas yang baik."

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih turut mendesak PSSI berbenah diri. Menurutnya, evaluasi harus dibarengi dengan pembenahan sumber daya manusia dan kelembagaan.

"Dari sisi kelembagaan, PSSI harus diisi dengan orang-orang profesional, seperti para atlet sepak bola," katanya.

Dia menilai, pengelolaan budaya olahraga Indonesia tidak dilakukan dengan baik. Mayoritas organisasi cabang olahraga, seperti PSSI, disebutnya banyak diisi oleh orang yang memiliki pengaruh, bukan orang berpengalaman dalam bidangnya.

Komite Eksekutif (Exco) PSSI menegaskan, segera menggelar rapat untuk mengevaluasi kegagalan timnas Indonesia. Rapat Exco rencananya akan digelar pada Ahad (25/11).

Anggota Exco PSSI Yoyok Sukawi mengatakan, evaluasi tak hanya membahas nasib pelatih Bima Sakti, tetapi juga membahas program, manajemen, dan kebijakan-kebijakan terkait timnas. "Evaluasi harus menyeluruh," ujar Yoyok kepada Republika.co.id, Kamis (22/11).

Terkait kepelatihan, Yoyok menyebut, posisi pelatih kepala timnas Bima Sakti terancam akibat kegagalan ini. Menurut dia, Bima Sakti lebih cocok sebagai asisten pelatih dibandingkan dengan pelatih utama. Namun, ia menegaskan, belum ada sikap resmi dari PSSI ihwal posisi pelatih.

Ia menyatakan, PSSI akan mencari pelatih yang lebih berpengalaman, tetapi dengan gaji yang lebih terjangkau. PSSI, kata dia, tak mau memaksakan diri mencari pelatih yang mahal.

"Sesuai kemampuan kita. Daripada memaksakan merekrut pelatih mahal, hasilnya juga belum tentu maksimal," kata Yoyok.

Anggota Exco PSSI Gusti Randa menjelaskan, ada dua hal yang dibahas dalam evaluasi, yaitu target dan program timnas. Soal target, PSSI akan mengevaluasi capaian sepanjang 2018. Menurutnya, evaluasi tak hanya membahas timnas senior, tetapi juga timnas U-19 dan U-16. Dia mengakui, dari tiga level timnas, hanya timnas U-16 yang berhasil meraih target, yaitu keluar sebagai juara Piala AFF U-16.

Sementara, timnas senior yang ditargetkan juara, justru gugur di fase grup. Adapun timnas U-19 tak mampu memenuhi target empat besar di Piala Asia U-19. Mengenai evaluasi program, kata Gusti, rapat Exco diharapkan dapat menentukan persiapan-persiapan yang harus dijalankan timnas untuk menghadapi SEA Games 2019. Karena itu, kursi kepelatihan menjadi hal yang wajib dibahas dalam rapat Exco.

Menurut Gusti, kegagalan timnas di Piala AFF 2018 bukan hanya faktor pelatih. Proses pem bentukan timnas yang terlalu singkat dinilainya menjadi salah satu pemicu. "Kondisi itu membuat pemain sepertinya tidak siap," kata dia.

Rapat Exco juga bakal membahas sinkronisasi jadwal timnas dengan liga. Dia ingin pertandingan liga diberhentikan sementara ketika timnas bermain di kejuaraan resmi.

"Kemarin, liga tetap jalan saat ada Piala AFF. Pemain jadi punya dua beban, antara main di klub dan timnas," katanya. Menyoal posisi Bima Sakti, Gusti menyebut, pelatih berusia 42 tahun itu hanya dikontrak untuk Piala AFF 2018. Menurut dia, PSSI perlu mencari pelatih baru.

Pelatih Bima Sakti menyatakan, timnas berkualitas bagus tak bisa dibentuk dengan instan. Dia menegaskan, tim nasional semestinya memiliki dasar yang kuat, yaitu pembinaan pemain muda yang baik dan berjenjang dengan kompetisi secara teratur. "Semoga kegagalan di Piala AFF ini menjadi pembelajaran untuk kita," ujar Bima.

Dia pun mencontohkan Thailand dan Vietnam sebagai negara di Asia Tenggara yang memiliki pengelolaan pemain belia yang terukur. Hal itu membuat persepakbolaan kedua negara tersebut berkembang pesat dan berdampak positif ke timnas masing-masing. Kesebelasan nasional Thailand dan Vietnam saat ini tidak hanya disegani di Asia Tenggara, tetapi juga Asia.

Bahkan, Vietnam telah merasakan Piala Dunia untuk pemain U-20 pada 2017. Baik Thailand maupun Vietnam akan tampil di Piala Asia tahun 2019 di Uni Emirat Arab.

"Para pesepak bola Thailand dan Vietnam dibentuk sedemikian rupa sejak usia dini sehingga mereka memiliki dasar yang bagus," tutur Bima.

Bima Sakti bisa dikatakan pelatih 'dadakan' di timnas Indonesia. Dia ditunjuk menjadi pelatih skuat Garuda pada akhir Oktober 2018 atau kurang lebih dua minggu sebelum Piala AFF 2018 bergulir. Sebelumnya, Bima merupakan asisten pelatih timnas U-23 dan senior Indonesia yang ditangani pelatih asal Spanyol, Luis Milla.

Setelah diberikan tanggung jawab, Bima tidak memiliki banyak waktu untuk mengubah taktik, strategi, dan pemain. Karenanya, dia memilih menerapkan taktik lawas ala Luis Milla. Para pemain yang dipanggil pun tidak jauh dari sosok-sosok yang pernah dipercaya Milla.

Tim nasional sepak bola Indonesia dipastikan gagal melaju ke semifinal Piala AFF 2018 setelah pertandingan Grup B Filipina melawan Thailand, Rabu (21/11), berakhir dengan skor imbang 1-1. Gol Thailand dari Supachai Jaided (56') yang disamakan pemain pengganti Filipina, Jovin Bedic (81'), dalam laga yang digelar di Stadion Panaad, Filipina, membuat poin Thailand dan Filipina menjadi tujuh di klasemen sementara.

Poin tersebut tidak akan terkejar oleh Indonesia yang di klasemen Grup B Piala AFF 2018 maksimal memiliki enam poin sampai pertandingan terakhir. Harapan Indonesia untuk menjadi dua tim terbaik di Grup B sebagai syarat melaju empat besar pun pupus. Saat ini, Indonesia memiliki tiga poin di klasemen, tetapi hanya menyisakan satu laga, yakni menghadapi Filipina dalam pertandingan terakhir, Ahad (25/11), yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement