Jumat 23 Nov 2018 13:29 WIB

Musim Penghujan, Masyarakat Diminta Waspadai Demam Berdarah

Sebanyak 81 kasus DBD selama 2018 di Kota Yogyakarta

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Nashih Nashrullah
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA— Memasuki musim penghujan, masyarakat diimbau  mewaspadai kemungkinan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sebab, pertumbuhan nyamuk akan semakin tinggi pada saat musim penghujan.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta Agus Sudrajat mengatakan, hingga November 2018 sudah ada dua orang yang meninggal dari 81 kasus DBD di Kota Yogyakarta. Angka ini, katanya, lebih sedikit dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu 397 kasus dengan korban meninggal dua orang. 

Walaupun begitu, kata dia, masyarakat harus tetap mewaspadai adanya kemungkinan kenaikan kasus DBD akibat pertumbuhan nyamuk, terlebih pada awal masuknya musim penghujan ini. 

Dia menyebutkan, cara efektif yang bisa dilakukan adalah dengan menggalakkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), di mana cara itu dapat memutus rantai perkembangan nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan penyakit DBD. 

"Saya harapkan satu bulan setelah hujan pertama kali itu harus dilakukan pembersihan sarang nyamuk secara serentak. Itu hal yang sangat bagus menekan pertumbuhan nyamuk ini," kata Agus di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (16/11). 

Ia juga mengimbau, jika sudah muncul tanda-tanda penyakit DBD ini, maka segera untuk memeriksakannya ke fasilitas kesehatan terdekat. Gejala yang muncul, lanjutnya, seperti demam tinggi, mual, muntah, hingga sakit kepala yang parah. 

"Keberhasilan penanganan tergantung kepada kecepatan penanganan," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement