REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merespons hujan es yang terjadi beberapa wilayah di Jakarta Pusat seperti Jalan MH Thamrin, Tanah Abang, dan sekitarnya, Kamis (22/11) sore tadi. Hujan es merupakan fenomena cuaca yang terjadi di mana kondisi hujan disertai dengan jatuhan hidrometeor dalam bentuk butiran es berukuran kecil.
"Hujan es ini biasanya terjadi pada musim transisi atau peralihan, baik dari musim kemarau ke musim hujan (September-November) dan sebaliknya, musim hujan ke musim kemarau (Maret-Mei) di wilayah Indonesia," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Kamis (22/11) malam.
Ia menambahkan, ciri khas kondisi cuaca yang dapat menimbulkan fenomena hujan es ini, yakni suhu panas dan terik pada pagi dan siang hari. Pemanasan permukaan bumi yang tinggi pada siang hari akan memicu konvektivitas atau pertumbuhan awan.
Dengan demikian, awan-awan jenis cumulonimbus dapat tumbuh dengan lebih cepat. Dari awan jenis cumulonimbus inilah, fenomena hujan es dan puting beliung dapat terjadi.
Kondisi tersebut secara visual dapat dilihat dari warna awan yang berubah cepat dari awalnya putih menjadi gelap. Selain itu, kondisi ini juga biasanya diiringi angin yang bertiup cukup kencang.
"Kalau kita rasakan tadi pagi hingga siang di wilayah Jakarta suhu cukup panas dan terik, ini biasanya ciri khas di mana potensi hujan lebat yang dapat disertai petir, angin kencang, bahkan puting beliung dan hujan es terjadi saat siang hari atau menjelang sorenya," imbuhnya.
Miming mengimbau, masyarakat agar mewaspadai cuaca buruk yang masih mungkin terjadi hingga awal Desember nanti. Cuaca buruk tersebut, yakni potensi hujan lebat disertai angin kencang, hujan es, maupun puting beliung.