REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- LSM World Wild Fund for Nature (WWF) Indonesia menilai masalah pencemaran sampah plastik di laut sudah berada dalam taraf mengkhawatirkan. Bahkan, mereka menilai laut Indonesia sudah bisa disebut sebagai darurat sampah plastik karena perlu penanganan serius.
Marine Species Coordinator WWF-Indonesia, Dwi Suprapti mengatakan perlu penanganan komprehensif dari mulai hulu hingga hilir soal sumber masalah sampah. Sebab, tingkat pencemaran sampah plastik buangan limbah ke laut berdampak pada biota laut. Berdasarkan catatan WWF Indonesia dan IAM Flying Vet, pada 2018, ada 25 kasus biota laut terdampak limbah buangan aktifitas manusia.
"Seperti plastik, terbol, jaring hantu. Menjadi penyebab kematian secara langsung maupun tidak langsung pada biota laut. Ini sudah mengkhawatirkan atau saya sebut darurat," katanya pada Republika.co.id, Kamis (22/11).
Ia menyebut semua jenis plastik membahayakan biota laut baik yang makroplastik maupun mikroplastik. Ada berbagai jenis plastik menunjukkan dampaknya, misalnya kasus masuknya pipet sedotan ke dalam saluran pernafasan penyu, plastik yang menjerat cangkang kura-kura
"Ada bahkan yang menyebabkan kematian. Saya pernah bedah bangkai penyu sisik mengalami kebocoran pada lambung akibat memakan jaring hantu (jaring yg tak terpakai)," ujarnya..
Ia memperingatkan dilarang buang sampah ke lautan karena dapat berdampak buruk terhadap biota laut. Bahkan bisa berdampak balik ke manusia seperti pada contoh mikroplastik yang termakan ikan dan kemudian ikannya dimakan manusia.
"Sehingga berpotensi pula manusia akan terdampak, baik berupa keracunan, kelainan genetik, tumor dan lain sebagainya yang kemungkinan dapat terjadi," ungkapnya.