Kamis 22 Nov 2018 11:32 WIB

Bukti Nyata Toleransi pada Perayaan Maulid Nabi

Seorang pekerja seni yang beragama Katolik ikut mengisi acara Maulid di Purwakarta

Puluhan seniman dan budayawan se Jabar, peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Gedung Yudhistira Pemkab Purwakarta, Senin malam (19/11).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Puluhan seniman dan budayawan se Jabar, peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Gedung Yudhistira Pemkab Purwakarta, Senin malam (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ita Nisa Winarsih, Binti Sholikah

Jari Siska Amelia begitu lihai memetik senar dari alat musik sejenis kecapi. Nada bening yang keluar dari senar tersebut mengalunkan shalawat Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam. Lewat alat musik ku cheng, Siska yang justru beragama Katolik itu menjadi salah satu pengisi acara dalam peringatan Maulid Nabi di Gedung Yudhistira, kantor Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Senin (19/11) malam.

Mengenakan setelan gamis dan jilbab berwarna putih, Siska tampak tak canggung berkolaborasi bersama pemusik lainnya saat memainkan lagu-lagu religi. Malam itu, Siska beserta puluhan seniman dan budayawan diundang budayawan Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk menghadiri peringatan Maulid.

Siska mengaku sangat senang bisa hadir dalam peringatan Maulid Nabi. "Meskipun saya Katolik, saya sangat menghormati nabi umat Islam tersebut," kata Siska.

Sementara, Dedi Mulyadi mengaku terkesan dengan Siska yang bersedia datang jauh-jauh dari Bandung. Bagi dia, kehadiran Siska menjadi wujud toleransi antarumat beragama di Tanah Air.

Karena itu, mantan bupati Purwakarta tersebut mengajak seluruh umat Islam untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai momentum meningkatkan toleransi. "Toleransi itu bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Ada semangat rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam) dari sebuah toleransi," ujar Dedi saat memperkenalkan Siska.

Dengan demikian, kata Dedi, perilaku saling menghormati dan saling menghargai antarumat mutlak diperlukan. Peringatan maulid oleh para seniman dan budayawan se-Jawa Barat itu turut diisi dengan pembacaan syair. Tentunya juga diisi dengan  pembacaan ayat-ayat suci Alquran.

"Inilah cara kami mencurahkan kerinduan terhadap Rasulullah. Melalui kesenian, kami ingin membumikan nilai-nilai keislaman," kata Dedi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan pesan kepada umat Islam untuk menciptakan kehidupan yang damai, harmonis, dan toleran antarumat beragama. Wakil Ketua Umum MUI Zainut Taudid Sa'adi mengatakan, hal tersebut merupakan spirit aktualisasi dari visi Islam, yaitu rahmatan lil 'alamin.

"Spirit tersebut harus di wujudkan melalui sikap dan perilaku keberagaman yang santun, rukun, toleran, saling menghormati, dan menerima perbedaan keyakinan," ujar Zainut.

Menurutnya, kerukunan dan toleransi sangat penting agar masyarakat tak terjebak pada pertentangan dan perselisihan yang dapat merusak silaturahim antarumat Islam. MUI juga mengajak seluruh masyarakat menjaga dan merawat kesatuan bangsa. Sebab, Indonesia bisa meraih kemerdekaan berkat perjuangan dan pengorbanan seluruh rakyat.

"Dengan demikian, momentum Maulid Nabi SAW hendaknya dimaknai untuk peneguhan sikap dan aktualisasi nilai-nilai perdamaian, apresiasi terhadap kebinekaan dan penghormatan terhadap nilai demokrasi, hukum, dan HAM," ujar Zainut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement