Rabu 21 Nov 2018 04:45 WIB

Panen Raya, Harga Mangga di Subang Anjlok

Harga mangga di wilayah itu mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pegawai sedang menyortir mangga cengkir, di sentra perkebunan mangga Desa Gempol, Kecamatan Pusakanagara, Subang, Selasa (20/11). Saat ini, harga mangga sedang terjun bebas Rp 2.000 per kilogram.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Sejumlah pegawai sedang menyortir mangga cengkir, di sentra perkebunan mangga Desa Gempol, Kecamatan Pusakanagara, Subang, Selasa (20/11). Saat ini, harga mangga sedang terjun bebas Rp 2.000 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Harga mangga di sejumlah sentra perkebunan, mengalami terjun bebas. Salah satunya, terjadi di wilayah sentra mangga, Desa Gempol, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang. Harga mangga di wilayah itu mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Cecep Gadung Rosanta (45 tahun) salah seorang bakul mangga asal Desa Gempol, Kecamatan Pusakanagara, mengatakan, harga mangga saat ini sedang rontok alias berada di level terendah. Seperti, mangga jenis cengkir, harganya hanya Rp 2.000 per kilogram. Harga tersebut, untuk mangga dengan kualitas sedang dan tingkat kematangan antara 40-50 persen.

"Kalau mangga dengan kualitas super, harganya Rp 5.000 per kilogram," ujar Cecep, kepada Republika.co.id, Selasa (20/11).

Menurutnya, harga mangga terjun bebas ini disebabkan, panen raya. Sehingga, stok mangga dari daerah sentra perkebunan buah ini mengalami 'banjir' mangga. Dengan begitu, harganya menjadi rontok.

Menurut Cecep, biasanya harga mangga jenis cengkir ini antara Rp 8.000 sampai Rp 10 ribu per kilogramnya. Tetapi, saat ini harganya Rp 2.000 per kilogram. Itupun, permintaan dari pasar mengalami penurunan.

Mangga yang dikumpulkan Cecep, biasanya dikirim ke sejumlah pasar. Seperti, pasar induk Kramat Jati dan pasar induk Caringin, Bandung. Setiap kali kirim, mencapai dua ton mangga segar. Tetapi, saat ini pengiriman menjadi berkurang. Paling banyak sekitar lima kuintal.

"Mangganya lagi banjir. Bukan hanya dari kita, wilayah lain juga sedang panen raya," ujar Cecep.

Pengepul mangga lainnya, Kadeni (30 tahun), mengaku, dengan harga mangga yang turun drastis, dirinya berhenti membeli mangga milik warga. Sebab, jika tetap membeli mangga, maka akan merugi. Karena, permintaan dari pasarnya berhenti. Seiring dengan banyaknya suplai mangga dari daerah lain.

"Kalau dari perkebunan warga di desa kami, mayoritas mangga jenis cengkir. Sedangkan saat ini, permintaan mangga cengkirnya lagi menurun," ujarnya.

Sementara itu, Amyati (54 tahun) warga setempat, mengaku, warga yang tak punya pohon mangga juga ikut kebagian berkah dari musim panen raya ini. Sebab, mangganya melimpah. Bahkan, setiap malam warga yang tak punya kebun mangga, berbondong-bondong mencari mangga matang yang jatuh dari pohonnya.

"Setiap malam, saya mencari mangga matang di kebun, hasilnya lumayan. Minimalnya dapat 25 kilogram mangga matang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement