REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Meskipun sudah memasuki musim penghujan, bencana kekeringan dan krisis air bersih masih menjadi ancaman tahunan di setiap musim kemarau bagi masyarakat Gunungkidul. Terbukti, persediaan air bersih untuk masyarakat Gunungkidul tak selalu mencukupi tiap datangnya musim penghujan.
Menyadari pentingnya kebutuhan air bersih bagi masyarakat, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui program Bakti BCA yang diprakarsai Corporate Social Responsibility (CSR) BCA berinisiatif untuk turut meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya di bidang kesehatan. Inisiatif ini diimplementasikan dengan donasi yang diberikan BCA sebesar Rp 300 juta untuk Instalasi Sumur Bor untuk kesejahteraan masyarakat di wilayah Gunungkidul.
Penyediaan Instalasi Sumur Bor ini secara resmi diberikan dalam seremoni peresmian yang dihadiri oleh Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo, Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang (KPBC) BCA KCU Yogyakarta Wahyu Hariatmanto, Bupati Gunungkidul Badingah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Gunungkidul Eddy Praptono, dan Kepala Bappeda Gunungkidul Sri Suhartanta di Balai Dusun Karangtengah II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, dalam siaran persnya, Selasa (20/11).
Cyrillus menuturkan, pemberian donasi senilai Rp 300 juta untuk pembangunan dua sumur bor baru yang tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat. Dari pembangunan dua sumur yang didukung oleh BCA, sumur yang sudah rampung dan siap digunakan adalah Sumur Ngelorejo di Desa Gari. Melalui penguatan dan penambahan air baku, pasokan air pun terjamin untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
"Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di muka bumi ini. Begitu banyak nilai manfaat dalam setiap tetesnya. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk mewujudkan kepedulian dalam rangka menjaga kelestarian air bersih melalui penyediaan sumur bor," kata Cyrillus.
Selain itu, bencana kekeringan yang sempat melanda Gunungkidul pada bulan Juni 2018 lalu juga menjadi latar belakang BCA dalam meringankan langkah membantu dan menyediakan air bersih melalui sumur bor ini. Saat itu, kondisi kering tanpa hujan berdampak pada 54 desa dari 11 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Alhasil, sebanyak 31.607 kartu keluarga (KK) dan 96.523 jiwa terpaksa kesulitan akses air bersih.
Di sisi lain, BCA kian mencermati bahwa Gunungkidul menjadi salah satu potensi wisata di Indonesia yang juga menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini terlihat dari jumlah wisatawan ke Gunung Kidul yang pada tahun 2011 sekitar 500 ribu, dan kini sudah mencapai sekitar 3 juta. Potensi alam seperti 13 situs geopark yang telah masuk jaringan geopark Gunungsewu dan telah ditetapkan UNESCO juga menjadi bentuk keunikan dari Gunungkidul.
"Dengan demikian, merupakan sebuah kebanggan dan kehormatan bagi kami dapat berkontribusi dalam tujuan mulia, menyediakan air bersih melalui sumur bor demi kemajuan hidup masyarakat sekitar yang lebih baik," kata Cyrillus.
Sebelumnya, Gunungkidul juga memperoleh bantuan berupa penyaluran air bersih oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY. Selain itu, program jangka panjang untuk mengatasi kekeringan di DIY adalah dengan membangun Wakaf Sumur produktif.