Selasa 20 Nov 2018 16:49 WIB

Era Industri 4.0, Perguruan Tinggi Harus Bertransformasi

IKA Unpad gelar outlook ekonomi Indonesia 2019 dalam visi digitalisasi.

Naba Aji saat menyampaikan gagasannya pada seminar nasional yang digelar oleh IKA Unpad.
Foto: Dok UBSI
Naba Aji saat menyampaikan gagasannya pada seminar nasional yang digelar oleh IKA Unpad.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ikatan Alumni (IKA) Universitas Padjajaran (Unpad) menyelenggarakan Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis dalam rangka Dies Natalis Unpad yang ke-61. Seminar yang bertemakan ‘Öutlook Ekonomi Indonesia 2019 Dalam Visi Digitalisasi Bisnis Di Era Industri 4.0’ ini berlangsung di Ballroom Hotel Bidakara Grand Savoy Homann, Bandung, Kamis (15/11).

Seminar nasional yang terbagi menjadi dua sesi tersebut mengundang pembicara dari berbagai kalangan. Baik praktisi, akademisi maupun stakeholder yang terkait dengan perekonomian.

Pada sesi pertama hadir Fajar Hary Sampurna  (deputi Kementerian BUMN),  Endang Hidayatullah  (direktur BNI),  Muhammad Awaluddin (direktur  utama Angkasa Pura II),  Fahmi Bagus Mahesa  (direktur utama Bank Banten), dan  Yudi Azis (dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Unpad).

Pada sesi kedua hadir Roy Darmawan  (dosen Pasca Sarjana Kajian Strategis dan Global UI  serta Motivator Asia Tenggara),  Doni P Joewono  (kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat), Naba Aji Notosau Indonesian E-Commerce Association/ IDEA), dan Dwi Indra Purnomo (wakil dekan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad).

Pada kesempatan tersebut, Naba Aji Notosaputro yang telah berpengalaman mengelola perguruan tinggi Bina Sarana Informatika (BSI), menyampaikan mengenai Digitalisasi Di Era Industri 4.0 pada aspek-aspek  bidang pendidikan, terutama pada perguruan tinggi.

Menurutnya, di era industri 4.0 ini sudah saatnya perguruan tinggi untuk bertransformasi, dari segi pengelolaan manajemen kampus maupun pengelolaan pendidikan. Contohnya yang dilakukan oleh Yayasan Bina Sarana Informatika (BSI), yakni  menggabungkan 21 perguruan tinggi swasta (PTS)-nya menjadi satu yaitu Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

“Penggabungan yang dilakukan oleh Yayasan BSI ini untuk mendukung program Kemenristekdikti dalam upaya meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, kami juga menyadari di era industri 4.0 ini, BSI harus betransformasi menjadi universitas apabila tidak ingin terdisrupsi  oleh perkembangan era digitalisasi,” kata Naba dalam rilis UBSI yang diterima Republika.co.id, Senin (19/11).

Naba menambahkan, perubahan tidak hanya sekedar menjadi universitas saja tetapi juga berubah dari segi pengelolaan manajemen kampus maupun pengelolaan pendidikan. Sehingga,  tidak terdisrupsi  oleh perubahan era yang semuanya telah terdigitilasasi.

“Perubahan tersebut secara bertahap telah dilakukan oleh UBSI. Contohnya, sistem informasi akademik yang dijalankan di UBSI telah didukung aplikasi mobile. Tujuannya, memberikan kemudahan dan pelayanan terbaik bagi mahasiswa, orang tua mahasiswa maupun calon mahasiswa UBSI untuk mendapatkan informasi yang akurat dan cepat,” kata Naba.

Naba menyebutkan, hingga saat ini perubahan masih tetap berjalan dan  dilakukan oleh UBSI, hingga semua pengelolaan manajemen kampus dan pengelolaan pendidikan telah terdigitalisasi.

“Perubahan-perubahan ini, sebagai kesiapan UBSI dalam menghadapi era digital yang selalu lahir inovasi-inovasi baru yang berkembangan sangat cepat. Hanya dua pilihan yang dapat dilakukan oleh PTS saat ini, yakni berani berinovasi dan mendisrupsi  yang ada, atau berhenti berinovasi dan hanya tinggal sejarah,” ujar Naba Aji Notoseputro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement