Selasa 20 Nov 2018 09:49 WIB

Risma Beri Wejangan Anak Kedapatan Mabuk Lem

Tiga dari lima anak masih pelajar SMP dan dua anak putus sekolah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini
Foto: Dok Pemkot Surabaya
Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan treatment khusus kepada lima anak yang sebelumnya terjaring razia oleh Tim Odong-odong Satpol PP, karena kedapatan mabuk lem. Anak-anak tersebut diketahui berusia sekitar 15-16 tahun dan terjaring razia di Jalan Banyu Urip Surabaya pada Senin (19/11).

Setelah terjaring razia, petugas langsung membawa anak-anak tersebut ke Kantor Satpol PP Surabaya untuk dilakukan pembinaan. Selama di Kantor Satpol PP, mereka dilakukan pendataan dan pemeriksaan oleh tim petugas dari Dinas Kesehatan, beserta dokter psikolog.

Data menyebutkan, tiga dari lima anak di antaranya masih berstatus pelajar SMP dan dua anak merupakan putus sekolah. Risma pun langsung mendatangi dan alasan mereka melakukan tindakan tersebut.

“Kamu nyium gini (lem) itu buat apa? Kamu ndak kasihan sama orang tuamu,” kata Risma meskipun tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari anak-anak tersebut.

Risma juga sempat mendatangkan pihak keluarga dan para guru. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bagaimana riwayat permasalahan anak-anak tersebut. Di samping itu, bertujuan anak-anak tersebut jera.

“Kalau kalian ketangkap lagi, nanti akan ibu masukkan ke Liponsos (Keputih) biar merawat orang gila,” ujarnya.

Salah satu anak pun terlihat diajak Risma masuk ke dalam ruangan. Secara langsung, ia ingin memberikan arahan secara intensif agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya.

Bahkan, ia pun meminta agar anak tersebut bersujud minta maaf kepada neneknya. “Ayo kamu minta maaf sama nenekmu, kasihan dia. Ayo sujud minta maaf, cium kakinya. Kalau kamu ndak mau, biar ibu yang cium kaki nenekmu,” kata Risma, yang kemudian dituruti sang anak

Risma mengungkapkan, fenomena ini terjadi di antaranya karena pengaruh dari faktor lingkungan, seperti eks lokalisasi. Bahkan dari hasil pemeriksaan psikolog, lima anak tersebut diketahui memang mempunyai masalah dengan keluarga.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menuturkan, biasanya permasalahan anak terjadi karena beberapa faktor. Seperti, pengaruh lingkungan, faktor pergaulan dan adanya masalah dengan pihak keluarga.

Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah anak, juga harus diimbangi dengan menyelesaikan masalah keluarga. “Jadi kita nanti akan selesaikan masalah-masalah dengan para orang tuanya. Tadi saya juga sudah nitip ke (pihak) sekolah, agar dia bisa diterima kembali,” kata Risma.

Risma menjelaskan, terkait dua anak yang sudah putus sekolah itu selanjutnya akan diambil alih oleh Pemkot Surabaya untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Langkah itu agar ke depannya anak-anak ini tidak kembali mengulangi perbuatannya dan mau untuk kembali bersekolah.

“Nanti mungkin saya tawarkan dia tinggal di kampung anak negeri. Supaya anak-anak ini mungkin punya talenta apa bisa kita kembangkan dan masih bisa sekolah,” katanya.

Risma menyampaikan, permasalahan anak-anak tersebut, terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Biasanya terjadi pada anak-anak putus sekolah. Sehingga, anak-anak tersebut tidak mempunyai kesibukan dan kemudian terpengaruh dengan hal-hal negatif.

“Anak-anak ini tidak punya kesibukan. Dan ini kemudian mempengaruhi anak-anak lain. Ini yang paling saya takutkan (dampak) anak putus sekolah itu,” ujarnya.

Salah satu tim petugas kesehatan Dokter Tanti Melani mengungkapkan sesaat setelah menghirup lem penggunanya akan merasa fly. Kandungan Lysergic Acid Diethilamide (LSD) yang ada dalam lem masuk melalui hidung akan mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.

LSD adalah golongan zat aditif lainnya yang dapat menimbulkan halusinasi. “Bahkan jika penggunaan dilakukan dalam jangka panjang, efeknya bisa menyebabkan depresi pernafasan, otak dan paru. Nanti efeknya itu juga bisa addict (kecanduan),” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement