Senin 19 Nov 2018 21:00 WIB

Konektivitas dan Upaya Memindahkan Beban Jalur Selatan

Kereta loop menjadi alternatif pengurangan kemacetan di Jalur Selatan.

Dwi Murdaningsih
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwi Murdaningsih*

Kabar gembira datang buat para penguna jasa layanan transportasi umum. Teranyar, PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan meluncurkan KA komuter yang menghubungkan sejumlah kota di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara melingkar atau loop. Rencananya, komuter ini akan beroperasi pada 1 Desember mendatang.

KA komuter dengan rute Purwokerto-Yogyakarta-Solo-Semarang-Tegal-Purwokerto ini bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat di wilayah selatan Jateng. Empat kota yang dilalui jalur kereta loop ini akan lebih terkoneksi. Apalagi, Purwokerto, Semarang, Solo dan Yogyakarta notabene adalah kota pelajar yang memiliki jumlah kampus cukup banyak. Mahasiswa menjadi pangsa pasar yang cukup terbantu dengan adanya kereta ini.

Warga Cilacap yang hendak ke Semarang  dengan kereta api, bisa naik dari Stasiun Kroya, sehingga tidak perlu ke Purwokerto lebih dulu. Selama ini warga Cilacap yang hendak ke Semarang baru memiliki alternatif jalur darat dengan bus atau kendaraan pribadi, dan menggunakan kereta api namun terlebih dulu harus ke Purwokerto yang perlu ditempuh sekitar satu jam.

Warga Purwokerto yang akan ke Yogyakarta atau Solo, selama ini bisa menggunakan jalur darat atau menumpang kereta api jarak jauh atau kereta api lokal (Joglokerto). Namun, perlu diingat bahwa jalur Purwokerto-Yogyakarta atau Purwokerto-Solo juga kerap diwarnai kemacetan, terutama di akhir pekan dan momen-momen tertentu speerti libur nasional.

Belum lagi jika melihat kemacetan yang kerap terjadi pada rute Tegal-Purwokerto atau Purwokerto-Yogyakarta melalui jalur darat, tentu peluncuran kereta loop ini adalah sebuah angin segar. Pengguna jasa bisa dengan lebih mudah, atau setidaknya memiliki alternatif untuk bepergian dengan lebih mudah.

Kondisi jalan di Jawa Tengah yang cukup sering dilanda kemacetan, rawan longsor, perbaikan jalan memerlukan pengurangan beban lalu lintas. Adanya kereta loop menjadi salah satu alternatif pengurangannya.

Mungkin terdengar 'berlebihan' satu rangkaian kereta dengan kapasitas ratusan orang bisa mengurangi beban jalanan, namun masyarakat bisa memiliki alternatif bepergian. Katakanlah masyarakat tak harus menempuh kemacetan di titik-titik tertentu yang memang sudah menjadi langganan di jalur selatan.

Warga Yogyakarta yang ingin ke Semarang juga memiliki alternatif selain menggunakan jalur darat. Selama ini masyarakat baru bisa menempuh dengan jalur darat meskipun di sisi lain pemerintah juga sedang menyiapkan skenario pembangunan jalan tol sebagai salah satu cara untuk mempercepat waktu tempuh.

Upaya pengurangan beban jalan raya juga rencanaya akan dilakukan di Jawa Barat. Reaktivasi kereta di Jawa Barat diharapkan juga semakin memudahkan dalam bepergian. Perencanaan fisik proyek atau detail engineering design (DED) reaktivasi jalur rel kereta api di Jawa Barat akan dilakukan Januari 2019.

Terdapat empat lokasi yang akan dilakukan reaktivasi di Jabar yakni Bandung-Ciwidey, Rancaekek-Tanjungsari, Banjar-Pangandaran-Cijulang, dan Cibatu-Cikajang.

Bukan hal yang mudah untuk melakukan reaktivasi kereta. Di sepanjang rel empat lokasi itu, mayoritas sudah berdiri pemukiman masyarakat. Hal ini menjadi tantangan PT KAI untuk bisa memindahkan pemukiman ke tempat lain.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement