Senin 19 Nov 2018 00:13 WIB

Ada Apa dengan Rangga, Ahok dan Hanum?

Netizen berdiri di dua kubu yang sedang bertarung di kancah Pilpres 2019.

Nidia Zuraya
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nidia Zuraya*

Perhatian para penikmat film di Tanah Air sepekan terakhir mungkin sedang tertuju pada dua film besutan sineas lokal yang saat ini tayang serentak di jaringan bioskop Cineplex21, CGV, dan Cinemaxx. Dua film yang saya maksud adalah 'A Man Called Ahok' serta 'Hanum & Rangga: Faith & The City'

Sejak tayang perdana di bioskop tanggal 8 November lalu hingga hari ini, entah bagaimana kedua film tersebut ikut membuat suasana politik di Indonesia jelang Pilpres 2019 semakin memanas. Jika menilik dari nama-nama tokoh yang menjadi inspirasi pembuatan kedua film ini mungkin masyarakat akan paham korelasinya dengan politik di Indonesia.

'A Man Called Ahok', sesuai judulnya menceritakan tentang sosok mantan gGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Film yang diambil dari buku karya Rudi Valinka ini memang tidak berbicara mengenai arus politik Ahok. Namun, lebih menceritakan sisi lain kehidupan Ahok. Drama hubungan antara Ahok dan ayahnya, Kim Nam menjadi fokus utama dalam film. 

Sementara film 'Hanum & Rangga: Faith & The City' menceritakan tentang perjalanan kehidupan rumah tangga pasangan suami istri Hanum dan Rangga. Kisahnya diadaptasi dari novel laris berjudul 'Faith & The City' karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

Dalam ranah politik, nama Ahok merepresentasikan kubu Joko Widodo-Kiai Ma'ruf Amin. Sementara Hanum Salsabiela Rais, yang merupakan putri dari politisi senior Amien Rais, tentunya dianggap mewakili kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Lalu, bagaimana dengan Rangga Almahendra? Sebagai suami dari Hanum Rais, tentunya ia juga diidentikan sebagai perwakilan dari kubu Prabowo-Sandiaga. Namun bagi saya dalam kisah Ahok dan Hanum ini, Rangga hanya sebagai pemanis cerita.

Sebenarnya bukan Ahok atau Hanum (apalagi Rangga, red) yang membuat film 'A Man Called Ahok' dan 'Hanum & Rangga: Faith & The City' menjadi obrolan yang kental muatan politiknya. Semua ini menurut saya merupakan ulah netizen yang berdiri di dua kubu yang sedang bertarung di kancah pilpres 2019.

Di Indonesia penggunaan film sebagai alat politik jelang pemilu memang terbilang baru. Selama ini isu-isu agama, ekonomi, dan sosial lah yang kerap dijadikan sebagai alat politik untuk meraih kursi kekuasaan di negeri ini.

Kalaupun ada yang berpendapat film G30S/PKI juga merupakan alat politik, saya tidak sepenuhnya sependapat. Berbeda dengan kedua film zaman now ini, film G30S/PKI dijadikan alat propaganda rezim yang berkuasa pada saat itu untuk melanggengkan kekuasaan.

Dan, sepengetahuan saya film G30S/PKI ini tidak pernah dijadikan alat politik jelang pesta demokrasi setelah runtuhnya rezim Orde Baru. Kalaupun dijadikan alat politik hanya terkait dengan paham komunisme dan rezim Orde Baru.

Kembali lagi ke Ahok dan Hanum. Persaingan film 'A Man Called Ahok' dan 'Hanum & Rangga: Faith & The City' dalam merebut perhatian penikmat film di Indonesia ini semakin terlihat manakala mereka yang secara politik mendukung masing-masing kubu gencar memviralkan soal pencapaian raihan jumlah penonton kedua film ini.

Persaingan di antara kedua kubu penonton ini bahkan ikut menyeret nama Ridwan Kamil. Dalam pesan yang beredar di grup-grup WhatsApp yang mengatasnamakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai pengirimnya.

Pesan yang ditulis dengan gaya bahasa bertutur itu, berisi pesan Ridwan Kamil kepada anak dan istrinya untuk menumbuhkan rasa toleransi terhadap mereka yang berbeda secara ras ataupun agama, setelah menyaksikan film 'A Man Called Ahok'.

Pesan itu sudah beredar setelah film yang dibintangi aktor Daniel Mananta itu tayang di bioskop mulai 8 November 2018. Ridwan Kamil membantah telah menulis pesan tersebut, sebab dia dan keluarganya belum menonton film tersebut.

Sementara di kubu sebelah, komentar miring yang ditujukan kepada Hanum Rais, juga berimbas kepada sang produser, tim produksi serta jajaran artis yang terlibat dalam pembuatan film 'Hanum & Rangga: Faith & The City'. Hal ini terlihat dari postingan dan kolom komentar di akun instagram @Hanum S. Rais & Rangga A. Maha benar netizen dengan segala postingannya.

Pesan sejuk justru datang dari para pemeran kedua film tersebut. Di akun instagram pribadinya aktor Arifin Putra yang memerankan tokoh Andy Cooper dalam film 'Hanum & Rangga: Faith & The City' memposting foto kebersamaanya dengan Daniel Mananta yang memerankan tokoh Ahok dalam film 'A Man Called Ahok'. Dalam foto tersebut keduanya memegang sebuah tiket film.

"Sebagai sesama seniman dan pekerja film yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk menghibur penonton perlu saling apresiasi Film Indonesia dan gw salut banget sama @vjdaniel dan segenap cast dan crew #AManCalledAjok for a job well done. Let's spread love and positivity," tulis Arifin di akun @arifinputra_               

Postingan tersebut kemudian dikomentari Daniel Mananta lewat akun @vjdaniel, Ur awesome bro! Thanks udah nememin gw nonton Hanum & Rangga!!

Sayangnya pesan kesejukan tidak terasa di bangku penonton. Kalaupun pesan yang masuk lebih banyak bernada kritik, tetapi saya melihatnya bukan kritikan yang bersifat membangun. Padahal yang dibutuhkan industri perfilman nasional adalah kritikan untuk memajukan industri perfilman nasional.

Sebagai penikmat film saya iri dengan kemajuan yang dicapai oleh industri perfilman Korea Selatan. Tema cerita yang diangkat oleh para sineas Negeri Ginseng ini sangat beragam dan tidak monoton. Berharap suatu saat film-film besutan sineas Indonesia banyak diburu oleh para penikmat film di berbagai negara seperti film-film Korea Selatan.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement