Sabtu 17 Nov 2018 21:20 WIB

Menjaga Pintu Manggarai

Yang dijaga adalah aliran air di Sungai Ciliwung yang membelah Jakarta.

UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menangani sampah yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Senin (12/11).
Foto: Republika/Mimi Kartika
UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menangani sampah yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Senin (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim hujan seperti ini adalah saat Rohmat bersama timnya harus bekerja keras dan harus pula selalu begadang setiap malam. Begadangnya di pos penjagaan. Tetapi bukan di pos ronda untuk menjaga keamanan seperti layaknya sebuah pos keamanan.

Dia begadang di pos penjagaan pintu air Manggarai di Jakarta Selatan. Yang dijaga adalah aliran air di Sungai Ciliwung yang membelah Jakarta.

Sungai yang berhulu di daerah Bogor (Jawa Barat) itu bermuara di Teluk Jakarta. Aliran sungai inilah yang dianggap sebagai penyebab banjir di Jakarta di saat musim hujan seperti ini.

Hujan yang terjadi di Bogor berpengaruh langsung ke Jakarta. Ini karena air sungai itu mengalir ke teluk di Jakarta melintasi Kota Jakarta. Itu pula yang melahirkan istilah banjir kiriman. Di musim hujan inilah tugas Romat memastikan aliran Ciliwung lancar sampai Teluk Jakarta.

Tetapi berdasarkan kenyataan selama ini--tampaknya benar-benar tidak mudah mewujudkan Jakarta bebas banjir karena hujan kecil saja debit aliran Ciliwung naik. Apalagi hujan lebat dan lama.

Itulah yang sedang dihadapi jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hari-hari ini. Satuan-tugas dan tim penanggulangan bencana sedang serius-serius mengantisipasi banjir dengan segala daya dan upayanya.

Di sinilah tugas amat penting yang sedang dijalani jajaran pemerintah provinsi ini. Rohmat selaku Ketua Satuan Pelaksana UnitPelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat berada dalam tugas itu.

Dia bersama rekan-rekannya wajib bersiaga saat memasuki musim hujan. Tugas utamanya menjaga kelancaran air Ciliwung yang melintasi pintu air Manggarai.

Luapan air di pintu air ini akan menyebabkan banjir di berbagai kawasan di Ibu Kota. Itulah sebabnya menjaga pintu air ini adalah tugas yang tidak bisa ditinggalkan.

Tugasnya terasa berat karena aliran Ciliwung tidak hanya air, tetapi juga sampah. Aliran air saja bisa membuat luapan, apalagi ditambah sampah.

Itulah sebabnya, kalau musim hujan seperti ini, bukan hanya dibutuhkan peralatan untuk memperlancar air saja, tetapi juga alat berat. Alat berat selalu siaga di pintu air ini.

Kalau di daerah lain ketersediaan alat berat seperti buldozer atau excavator disiagakan untuk mengantisipasi longsor, di Jakarta alat berat disiapkan untk mengangkat tumpukan sampah yang selalu mengalir bersama air di musim hujan ini. Itulah bedanya.

Kalau saja tidak ada alat berat, teramat banyaknya sampah yang menumpuk di pintu air ini. Itulah sebabnya alat berat ini digunakan untuk mengantisipasi agar sampah tidak menumpuk di Pintu Air Manggarai.

Rohmat beberapa hari lalu mengatakan petugas pintu air yang berada di aliran Sungai Ciliwung selalu memantau termasuk penjaga pintu air Manggarai selama 24 jam.

Kewajiban utamanya adalah memantau arus air terhambat atau tidak. Ada peningkatan debit airnya atau tidak.

Apapun perkembangannya wajib mengabarkannya kepada jajaran terkait. Pintu air Manggarai yang menjadi pintu air terakhir sebelum aliran sungai Ciliwung terpecah ke danau Istiqlal dan Kanal Banjir Barat menjadi pusat pengendalian aliran air Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir di Teluk Jakarta.

Sebagai tempat terakhir sebelum percabangan Sungai Ciliwung, ternyata bukan hanya air dari kawasan hulu yang datang, namun juga berbagai macam sampah. Sebut saja batang pohon, plastik, styrofoam, kasur bahkan hingga kulkas bekas turut terbawa derasnya debit air saat hujan.

Akhirnya, Rohmat dan timnya harus rela kerja lembur atau begadang untuk membersihkan sampah tersebut demi aliran air yang bisa lancar dan tidak terhambat sampah. Hujan lebat pada Minggu malam lalu saja sampah langsung menggunung hingga diperkirakan mencapai ratusan ton.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement