REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyelamatkan seekor beruang madu (Helarctos malayanus) liar yang terjerat di kawasan Desa Batang Duku, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kepala BBKSDA Riau, Suharyono menjelaskan satwa berbulu hitam tebal yang masuk dalam jenis dilindungi itu terjerat jebakan babi yang dipasang warga di daerah tersebut.
"Alhamdulillah tim kita berhasil bergerak dengan cepat untuk menyelamatkan beruang tersebut," katanya.
Batang Duku merupakan salah satu desa yang secara geografis berdekatan dengan Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil. Kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai salah satu situs cagar alam oleh Unesco tersebut menjadi habitat bagi berbagai satwa dilindungi, termasuk beruang dan harimau.
Haryono mengatakan, bahwa kebiasaan masyarakat sekitar yang memasang jerat babi di desa itu kerap berujung dengan terjeratnya jenis-jenis satwa dilindungi. Salah satunya beruang madu.
Namun, dia mengapresiasi langkah masyarakat yang langsung melaporkan insiden terjeratnya beruang madu sehingga hewan itu berhasil diselamatkan. Haryono menyatakan informasi beruang yang terjerat tersebut diterima oleh tim Quick Response BBKSDA Riau pada medio pekan ini.
Informasi tersebut langsung ditindaklanjuti petugas untuk langsung melakukan penyelamatan. Tidak membutuhkan waktu lama, tim yang juga terdiri dari anggota medis tersebut berhasil menyelamatkan beruang malang itu.
"Tim medis kita, Drh Denny Ramdani dari Yayasan Ashari juga langsung memeriksa kesehatan. Hasilnya beruang dalam kondisi baik dan untuk itu langsung kita lepas liarkan," ujar Haryono.
Usai menyelamatkan dan melepas liarkan satwa penyuka madu dan pemakan serangga tersebut, dia menjelaskan, bahwa pihaknya langsung melakukan sosialisasi ke masyarakat akan pentingnya bersama-sama menjaga satwa dilindungi. Terlebih lagi, kawasan itu merupakan kawasan yang kerap terjadi konflik antara manusia dengan satwa yang perlu terus ditumbuhkan kesadaran untuk saling menjaga satu dengan lainnya.
"Semoga untuk kedepannya kesadaran melestarikan satwa liar makin tumbuh di masyarakat dan pemasangan jerat tidak lagi dilakukan sehingga anak cucu kita masih dapat melihat keanekaragaman satwa di Pulau Sumatera," kata Haryono.