Selasa 13 Nov 2018 20:15 WIB

Kekeringan Masih Terjadi di DIY

Titik yang paling banyak berada di Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Kekeringan
Foto: Antara
Kekeringan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DIY tengah memasuki awal musim hujan setidaknya sejak satu pekan terakhir. Namun, kekeringan di daerah-daerah ternyata masih belum tertangani sepenuhnya.

Hujan dengan intensitas sedang sampai lebat semakin rutin terjadi di sebagian besar daerah DIY beberapa hari belakangan. Namun, hujan belum dapat menghapus kekeringan yang terjadi.

Kekeringan sendiri telah terjadi sejak awal musim panas lalu. Sayangnya, musim panas yang berlangsung lebih lama memang membuat kekeringan terjadi lebih lama dibandingkan tahun-tahun lalu.

Sejak awal sampai pertengahan musim panas, kekeringan yang terjadi mendapat cukup banyak perhatian. Pemerintah Daerah (Pemda) yang ada cukup rajin memberi bantuan air bersih.

Kekeringan sempat terjadi hampir di semua kabupaten/kota. Namun, titik yang paling banyak memang berada di Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul.

Bahkan, memasuki awal musim hujan ini, beberapa titik kekeringan masih saja terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul. Sayang, perhatian pemda-pemda yang ada sudah mulai berkurang.

Selain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), penanganan masih dilakukan lembaga-lembaga swasta. Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY dan Nusantara Peduli jadi salah dua lembaga yang melakukannya.

ACT DIY misalnya, melalui program wakaf sumur dan dropping air memberikan bantuan penanganan di Kabupaten Gunungkidul. Sebanyak 15 titik wakaf sumur dibangun sampai Oktober lalu dengan menggandeng Global Wakaf.

Kepala Cabang ACT DIY, Agus Budi Haryadi mengatakan, program-program semacam ini bisa lebih maksimal dengan sinergi Pemkab Gunungkidul. Sebab, ia merasa, hukan yang ada belum bisa mengisi sumber-sumber mata air yang mengering.

"Seperti di Kecamatan Girisubo. Kita perlu memutus permasalahan kekeringan tahunan yang melanda Gunungkidul," kata Agus.

Bupati Gunungkidul, Badingah, mengucapkan terima kasih atas bantuan-bantuan yang diberikan lembaga-lembaga kemanusiaan. Ia berharap, itu bisa membantu mengatasi masalah kekeringan yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

"Harapan kami dapat bersama-sama menyejahterakan masyarakat Gunungkidul dan melakukan program secara berkelanjutan," ujar Badingah. 

Kemudian, Nusantara Peduli menggandeng KPP Pratama Sleman mendistribusikan bantuan air bersih untuk masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Mereka mencatat kekeringan berdampak ke 12 kecamatan.

Salah satunya Kecamatan Kokap, atau tepatnya di Desa Hargorejo, Padukuhan Sangkrek. Selain itu, dari 12 kecamatan, kekeringan dirasakan dampaknya oleh 88 desa dan 930 padukuhan.

Sebanyak 350.000 liter air bersih sudah didistribusikan sejak Oktober 2018. Kepala Desa Sangkrek, Musdi Wiyono menuturkan, di daerahnya terdapat satu tandom air yang dapat menjangkau 10-15 kepala keluarga.

Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang terus disampaikan. Musdi menekankan, bantuan ini sangat bermanfaat pada masa awal hujan seperti sekarang karena banyak yang mengira kekeringan sudah selesai.

"Banyak yang mengira jika hujan turun kekeringan sudah berakhir, padahal tidak dan masa peralihan seperti ini biasanya malah semakin sulit air bersih," kata Musdi.

Koordinator Aksi Satu Juta Air Bersih Nusantara Peduli, Endhi Yudha menilai, kondisi perekonomian daerah-daerah tersebut masih terbatas. Karenanya, mereka sangat sulit mendapatkan air bersih dengan membelinya.

Belum lagi, daerah-daerah yang berada di pelosok dengan kontur geografis yang sulit dilalui atau dijangkau. Apalagi, pasar tradisional kecil yang ada hanya beroperasi sampai pukul 10.00 siang. "Harapannya, pembagian merata dan dapat dirasakan manfaatnya, sehingga tidak terjadi kekosongan distribusi atau bertumpuknya distribusi," ujar Endhi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement