REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazuli Fawaid menilai pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan hal yang wajar. Menurut dia, pernyataan SBY merupakan refleksi dinamika politik yang dirasakan oleh Partai Demokrat.
“Wajar saja, mungkin itu yang dirasakan oleh Demokrat,” kata Jazuli kepada Republika.co.id, Selasa (13/11).
Jazuli menambahkan SBY tentu mempertimbangkan kondisi di lapangan ketika menyatakan bahwa hanya PDIP dan Partai Gerindra yang memperoleh efek ekor jas atau coat-tail effect. “Pasti, kalau mau melihat kondisi obyektif di lapangan (ya seperti itu),” kata dia.
Kendati demikian, dia juga enggan mengambil pusing terkait pernyataan SBY dalam sambutan pembekalan calon legislatif DPR RI itu. Jazuli menilai hal terpenting saat ini agar seluruh partai dapat bersaing secara sehat menuju pemilu 2019. “PKB mengajak semua untuk bersaing dengan sehat,” kata Jazuli.
Jazuli menerangkan pada Pemilu 2019 memberlakukan ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar empat persen bagi partai politik yang ingin lolos ke DPR periode mendatang. Karena itu, PKB fokus meraup suara sebanyak-banyaknya agar dapat meraih 100 kursi di DPR pada pemilu 2019. “Target PKB 100 kursi di DPR,” ujarnya.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut PDIP dan Partai Gerindra sebagai partai yang paling diuntungkan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang. Sebab, SBY menilai kedua partai tersebut memiliki calon presiden yang berasal dari kader partai tersebut.
"Survei membuktikan saat ini bahwa partai politik yang punya capres sangat diuntungkan. Contohnya PDI-P dengan Pak Jokowi sebagai capres kader partai itu dan Gerindra dengan Pak Prabowo sebagai capres kader Gerindra," ujar SBY saat memberi sambutan dalam pembekalan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, (10/11).
Menurutnya, suara PDIP dan Partai Gerindra dapat meningkat tajam di Pemilu 2019 dengan adanya capres dari kadernya sendiri. Sebaliknya, partai politik yang tidak punya capres dan cawapres suaranya akan menurun di Pemilu 2019.