REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) akan mendirikan pusat ekonomi kreatif di 27 kabupaten atau kota. Hal ini sebagai bentuk komitmen dan tekad Jawa Barat untuk. menjadikan ekonomi kreatif sebagai potensi ekonomi unggulan di Jabar.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, komitmen ini menjadi bagian dari kerja sama pengembangan ekonomi kreatif yang telah dilakukan antara Pemda Provinsi Jawa Barat bersama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Kepala Bekraf Triawan Munaf beberapa waktu lalu di Bali.
“Oleh karena itu, dalam kebijakan anggaran kita sudah disiapkan kepada kaum milenial, teman-teman sekalian di 27 kabupaten atau kota sudah disiapkan tempat-tempat untuk bagaimana berkolaborasi, berinovasi kaula muda untuk meningkatkan ilmunya, usahanya maupun network-nya,” ujar saat memberikan welcome speech di acara Bandung Creative Movement, Senin (12/11) lalu.
Selain itu, kata dia, melalui kerja sama tersebut Jawa Barat juga akan menjadi salah satu daerah penyokong pengembangan ekonomi keatif untuk seluruh warganya. Pemprov Jawa Barat meyakini dan bertekad bahwa ekonomi kreatif akan menjadi unggulan Jawa Barat di masa depan. Keseriusan dan fokus Jawa Barat terhadap ekonomi kreatif tercermin dengan diterbitkannya Perda Provinsi Jabar Nomor 15 Tahun 2017 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Perda Provinsi Jabar Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Kekayaan Intelektual.
Bandung Creative Movement 2018 menggelar konferensi internasional di bidang industri kreatif yang digagas oleh Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom. Konferensi yang digelar untuk kelima kalinya ini mengambil tema, “Design Flux of Industrial Revolution 4.0 Humanize Digital Ecosystem” dengan narasumber para pelaku industri kreatif baik dari dalam maupun luar negeri.
Narasumber yang hadir seperti Joddy Hernady (Senior Vice President of Media and Digital Business Department PT Telkom Indonesia), Alejandro Moreno (Human-Cimputer Interaction, Entertainment Computing and Apllied Computer Vision Researcher Saxion Universitt, Belanda), dan Norfadillah K (Interactivity, Design, and Humanity Researcher Faculty Art and Design, Universiti Teknologi Mara, Malaysia).
Selain itu , ada pula Sheng Hung Lee (Designer, Maker, and Associate Professor at Fudan University Shanghai Institute of Visual Art), Melanie Martini (Culture and Heritage Observer Director of IFI Bandung), dan Sarah Anais Andrieu (Anthropologist from EHESS Ecole desHautes Etudes en Sciences Sociates, Prancis).