Senin 12 Nov 2018 22:07 WIB

Ribuan Anak di Purwakarta Alami Stunting

Stuntung disebabkan karena kurangnya asupan gizi ketika masih di dalam kandungan.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, mencatat sedikitnya ada 6.192 anak di wilayah ini mengalami stunting. Anak yang stunting ini tersebar di 17 kecamatan yang ada. Setelah ditelusuri, penyebab utama anak dengan kondisi ini, karena kurangnya asupan gizi ketika anak tersebut masih dalam kandungan.

Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Ine Hermina, mengatakan, kasus anak dengan stunting ini terbilang cukup tinggi. Meskipun, bila diprosentasekan jumlahnya mencapai 7,2 persen dari jumlah anak di Purwakarta yang banyaknya mencapai 86 ribu. Atau kurang dari 10 persen.

"Kasus anak dengan stunting ini, sekarang sedang mendapat perhatian dari semua pihak. Termasuk pemerintah," ujar Ine, kepada Republika.co.id, Senin (12/11).

Menurut Ine, kasus stunting ini bisa terlihat saat anak berusia kurang dari dua tahun. Ciri-cirinya bisa terlihat jelas. Anak dengan stunting akan terlihat lebih pendek (kerdil) dengan teman seusianya. Dampaknya, anak tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Serta, mudah sakit. Bahkan, yang paling parahnya, fungsi otaknya tidak bisa optimal.

Dengan begitu, ketika dia dewasa baik fisik maupun pemikiran tidak bisa bersaing dengan anak yang pertumbuhan fisiknya normal. Sebab, anak dengan stunting akan memiliki daya ingat yang kurang.

Karena itu, sambung Ine, pihaknya menghimbau kepada masyarakat, terutama kaum perempuan supaya sejak dini memersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu. Misalkan, pengantin baru maka punya anaknya harus direncanakan.

Jika sudah direncanakan, maka asupan gizi ataupun perkembangan janin akan terus dipantau. Sebab, salah satu penyebab stunting ini karena kurangnya asupan gizi, saat anak masih didalam kandungan.

"Kalau kita tahu sedang hamil, minimalnya sering periksakan kesehatan ibu dan bayinya ke posyandu atau puskesmas," ujar Ine.

Sementara itu, Anna Santika (23 tahun) warga Desa Kembangkuning, Kecamatan Jatiluhur, mengaku, sampai saat ini dirinya belum paham soal anak dengan stunting. Sebab, setiap hari dirinya sibuk bekerja menjadi buruh swasta di perusahaan asing.

"Saya sedang hamil lima bulan, takut anak kena stunting. Meskipun, saya belum paham betul apa itu stunting," ujarnya.

Meskipun, sehari-harinya dia sibuk bekerja, Anna selalu menyempatkan diri memeriksakan kandungannya ke bidan. Sebab, jika ke posyandu, waktunya bentrok dengan jam kerjanya. Dengan pemeriksaa  ini, diharapkan bisa melihat perkembangan janin dalam kandungannga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement