REPUBLIKA.CO.ID, Dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 28 September 2018 lalu, masih cukup terasa di tengah masyarakat. Salah satunya dialami oleh para pelajar atau santri yang harus belajar dalam kondisi keterbatasan karena ruangan kelasnya mengalami kerusakan.
Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat anak korban bencana untuk tetap belajar. Mereka belajar dengan sungguh-sungguh di tenda-tenda pengungsin maupun ruangan kelas darurat.
Salah satunya terlihat di Pesantren An Nur Buuts di Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Para santri mengikuti pelajaran umum maupun keagamaan dengan baik.
Bahkan, para pelajar muslim menghafal Alquran meskipun dalam kondisi pascabencana. Bacaan hafalan Alquran ini disampaikan pada saat kedatangan pimpinan Askar Kauny Ustad Bobby Herwibowo ke pesantren tersebut Senin (12/11). Di mana anak-anak secara lancar membacakan ayat-ayat suci Alquran yang dihafalnya.
"Kami belajar tetap semangat dari pagi hingga sore," ujar salah seorang santri di Pesantren An Nur Buuts Auraya Anisa (10 tahun). Annisa belajar di ruangan sekolah darurat yang dibantu oleh Yayasan Askar Kauny.
Menurut Auraya, pada pagi hingga sore, ia belajar mata peajaran umum. Selanjutnya selepas Magrib, ia baru menghapal Alquran. Di mana ia mampu meghafal beberapa surat di juz 30.
Auraya mengatakan, saat ini bangunan sekolahnya mengalami kerusakan. Sehingga sebagian besar santri di pesatren tersebut belajar di luar kelas.
"Namun, saya tetap semangat untuk belajar," ucap Auraya yang baru menginjak kelas lima SD. Hal ini dilakukanya untuk meraih cita-cita yang diinginkan.
Pada saat gempa terjadi, kata Auraya, ia bersama keluarganya selamat dalam bencana tersebut. Sementara rumahnya hanya megalami kerusakan pada bagian belakang.
Pelajar lainnya di Pesantren An Nur Buuts Andi Muh Rizki (7) mengatakan, kejadian bencana pada September lalu, tidak menyurutkan semangatnya belajar dan menghafal Alquran. "Tidak pengaruh dan tetap semagat menghafal Alquran," kata dia.
Bahkan semangatnya tambah besar karena ada rencana pembanguan rumah tahfiz darurat yang dibangun Askar Kauny. Harapanya, ia makin memperbanyak hafalan ayat suci Alquran.
Ketua Yayasan Askar Kauny Ustad Bobby Herwibowo kepada Republika.co.id, di sela-sela mengunjungi Pesantren An Nur Buuts di Palu mengatakan, pimpinan pesantren tersebut sama-sama berasal dari Al Azhar Kairo Mesir. "Sekitar 80 persen bangunan di pesantren atau sekolah Islam tersebut rusak dan dirobohkan akibat gempa," ujar dia. Akibatnya, aktivitas belajar terpaksa dilakukan di tenda-tenda pengungsian.
Ke depan, ungkap Bobby, pesantren ini perlu dibangun kembali karena merupakan sekolah dengan prestasi penghapal Alquran level nasional. ''Amat sayang ini kebanggaan Kota Palu kalau tidak dibantu akan menghambat potensi,'' ujar dia.
Oleh karena itu, kata Bobby, Askar Kauny telah membangun sekolah atau ruang kelas darurat. Saat ini pun Askar Kauny tengah membangun rumah tahfiz darurat dan akan ikut membangun 26 lokal yang melibatkan donatur lainnya.
Bobby menerangkan, dana yang dibutuhkan untuk revitalisasi pesantren tersebut mencapai Rp 7,5 miliar termasuk untuk biaya membangun 26 lokal yang rusak. Hal ini menunjuklan perlu perjuangan untuk bisa membangkitkan Palu.
Selain di Pesantren An Nur Buuts bantuan serupa juga ada di lima titik lainnya. Hal ini sebagai upaya membantu agar proses pendidikan tetal berjalan pascabencana di Sulteng.
Pimpinan Pesantren An Nur Buuts Palu KH Limra mengatakan, bantuan yang disalurkan Askar Kauny sangat membantu proses belajar di pesantren. "Alhamdulillah saya mengucapkan terima kasih kepada Askar Kauny yang membantu sekolah darurat dan rumah tahfiz darurat,'' ujar dia.
Limra mengatakan, pesantrennya meraih prestasi dalam berbagai ajang seperti Robotika beberapa waktu lalu di Bandung. Selain itu ada santri yang mampu menghapal Alquran sebanyak 30 juz serta mampu menggunakan bahasa Inggris dan Arab.