Senin 12 Nov 2018 13:43 WIB

Tanggapi SBY, HNW: PKS tak Andalkan Coat-Tail Effect Prabowo

PKS mengandalkan mesin partai dari para kader partai.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Hidayat Nur Wahid (HNW).
Foto: mpr
Hidayat Nur Wahid (HNW).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyebut partainya tidak mengandalkan efek ekor jas atau coat-tail effect dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut Hidayat, PKS sudah mempunyai tradisi dan cara sendiri meraih perolehan suara.

Ia menegaskan tradisi dan cara itu tanpa mengandalkan coat-tail effect pasangan calon presiden maupun wakil presiden. "Kami tidak pernah membasiskan perolehan suara PKS kepada coat-tail effect, punya capres dan cawapres dari kader," ujar Hidayat di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/11).

Baca Juga

Hal itu disampaikan Hidayat merespons pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa hanya Partai Gerindra yang mendapatkan keuntungan dari pencalonan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019. Hidayat menegaskan, perolehan suara PKS selalu meningkat di setiap Pemilu meski calon presiden maupun wakil presiden tidak berasal dari kader PKS. 

Itu karena PKS mengandalkan mesin partai dari para kader partai. Sehingga, penilaian Partai Demokrat bahwa partai lain tidak mendapat keuntungan dari pasangan capres dan cawapres, tidak berlaku bagi PKS.

"Bagi kami, apakah ada capres atau cawapres bagi kami tidaklah jadi rujukan utama untuk menghadirkan sukses PKS dalam mendapatkan dukungan atau suara dari rakyat Indonesia," Hidayat.

Wakil ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga itu menegaskan PKS akan tetap memperjuangkan kemenangan bagi Prabowo-Sandiaga, di samping fokus memenangi PKS di Pileg. "Sekali lagi bagi kami PKS, keduanya (kampanye Pileg dan Pilpres) bisa berjalan beriringan. Kami mendukung capres-cawapres Prabowo-Sandi, dan kami mengkampanyekannya, saya juga mengampanyekan," ujar Hidayat.

Namun, jika ada partai yang mempunyai kebijakan lain di Pemilu 2019, ia juga mempersilakannya. Termasuk, Partai Demokrat dengan kebijakannya lebih memfokuskan kampanye Pileg daripada Pilpres. 

Ia mengatakan perbedaan strategi itu bukan masalah meski PKS dan Partai Demokrat berada dalam satu koalisi mendukung Prabowo-Sandiaga. "Adapun partai-partai lain silakan membuat kebijakan sesuai apa yang menurut Anda baik, tetapi sekali lagi yang akan menentukan nanti adalah rakyat Indonesia," ungkap Hidayat.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut PDIP dan Partai Gerindra sebagai partai yang paling diuntungkan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang. Sebab, SBY menilai kedua partai tersebut memiliki calon presiden yang berasal dari kader partai tersebut.

Menurutnya, itu konsekuensi dari Pemilu 2019 yang pemilihan legislatif dan pemilihan presiden berlangsung serentak. "Survei membuktikan saat ini membuktikan bahwa partai politik yang punya capres sangat diuntungkan. Contohnya PDI-P dengan Pak Jokowi sebagai capres kader partai itu dan Gerindra dengan Pak Prabowo sebagai capres kader Gerindra," ujar SBY saat memberi sambutan dalam pembekalan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, (10/11).

Menurutnya, suara PDIP dan Partai Gerindra dapat meningkat tajam di Pemilu 2019 dengan adanya capres dari kadernya sendiri. Sebaliknya, partai politik yang tidak punya capres dan cawapres suaranya akan menurun di Pemilu 2019.

Meski Partai Demokrat tergabung dalam koalisi mendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, tidak kemudian membuat partainya memiliki keuntungan suara. Hal itu diungkapkan presiden keenam RI tersebut juga sebagai tantangan berat pertama yang dihadapi Partai Demokrat di Pemilu 2019.

"Sebaliknya partai politik yang tidak punya capres dan cawapres suaranya menurun. Anjlok, itu realitas," ujar SBY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement