REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Dua saksi yang diperiksa polisi menduga kematian pasangan suami istri di Desa Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur pada Kamis (9/11) ada kaitan hilangnya BPKB (buku pemilik kendaraan bermotor) milik pengguna jasa korban Didik. Warga juga mendengar pertengkaran sebelum terjadi pembunuhan.
"Memang ada pelanggan bapak yang dari kapan lalu datang ke rumah dan mempersoalkan BPKB-nya," kata Hengki Dinata, anak korban yang ditemui di RSUD dr Iskak Tulungagung, Sabtu (11/11).
Dugaan Hengki diperkuat dengan fakta adanya BPKB yang hilang. Meski belum ada bukti otentik, namun indikasi mengarah ke sosok orang yang disebutnya beberapa kali datang dan berselisih dengan ayahnya. Orang itu mempersoalkan BPKB yang hilang.
"Orang tersebut sempat meminta ayah saya untuk membeli kendaraannya," katanya lagi.
Hengki melanjutkan, orang tuanya pun hanya sanggup untuk mengganti rugi hilangnya BPKB, tetapi dengan cara mengangsur. Namun orang tersebut tetap saja tidak mau tahu dan terus meminta ganti rugi. "Bahkan setiap menagih kepada ayah saya, orang tersebut selalu ditemani satu lelaki dan menggedor-gedor pintu rumah," ujarnya.
Baca juga, Polisi Tangkap Tersangka Pembunuhan Satu Keluarga.
Hengki menambahkan, ia berharap agar pelaku pembunuhan terhadap orang tuanya bisa segera tertangkap dan dihukum seadil-adilnya.
Kesaksian juga disampaikan Ngapani (45), tetangga korban yang mengaku mengetahui sempat ada dua pria dan satu perempuan yang baru saja mendatangi rumah korban pada Selasa (6/11). Ketiga orang tersebut sempat membeli kopi di depan rumah korban.
"Yang perempuan sempat mengucap, saya menagih dengan baik-baik kok bu Suprihatin malah mengajak bertengkar," katanya menirukan.
Tak hanya itu, menurut Ngapani, warga juga sempat mendengar ada suara teriakan seperti pertengkaran dari dalam rumah korban. Namun, saat itu warga tidak terlalu menanggapinya karena menganggap hal itu adalah wajar.
"Jika melihat seperti ini, saya menduga korban meninggal pada Selasa siang," katanya lagi.
Ngapani mengatakan, kedua korban memiliki hubungan yang baik terhadap lingkungan, meski jarang berkomunikasi. Menurutnya, korban hanya keluar rumah seperlunya, membeli keperluan atau menghadiri undangan warga.
Didik dan Suprihatin, pasangan suami istri yang tewas diduga dibunuh tersebut diketahui memang memiliki usaha jasa balik nama, dan mutasi kendaraan bermotor.
Kolik salah satu keluarga korban mengaku sempat curiga saat melintas di depan rumah korban pada Selasa malam. Karena lampu rumah korban dalam keadaan mati.
Padahal, sama halnya dengan sebagaimana dilakukan orang, biasanya korban juga menyalakan lampu ketika malam hari. "Saya sempat berpikir, pak Didik Minggu kemarin sedang merayakan ulang tahun, biasanya mengundang kami untuk makan-makan kok ini lampunya malah mati," katanya.
Kolik melanjutkan, dirinya terakhir bertemu dengan kedua korban pada Sabtu (3/11) pukul 09.00 WIB hingga pukul 13.30 WIB.
Kemudian pada sore harinya, kedua korban sempat berjalan-jalan ke Kediri dan ke Blitar bersama. "Tidak ada tanda-tanda yang aneh, semua masih wajar saja. Korban juga tidak pernah cerita jika punya masalah dengan orang lain," kata Kolik.
Kolik menambahkan, dalam kasus pembunuhan tersebut dirinya ia melihat kejanggalan. Di antaranya kondisi rumah korban tidak ada yang diacak-acak dan tidak ada barang yang hilang.
Namun ponsel milik korban (Suprihatin) tidak ditemukan. Ia menduga jika ponsel tersebut ditemukan bisa memberikan petunjuk dalam pengungkapan kasus tersebut.
"Pada saat korban (Didik) ditemukan saya sempat menghubungi telepon korban, tapi hanya berbunyi nada panggilan dua kali selanjutnya ponsel mati," ujarnya pula.
Kasus pembunuhan ini pertama diketahui setelah warga mencium bau busuk menyengat dari dalam rumah Didik dan Suprihatin di Dusun Ngingas, Desa Campurdarat, Kecamatan Campurdarat pada Kamis (8/11) malam.
Setelah dicek ke dalam rumah, diketahui bau berasal dari mayat kedua korban.
Korban Didik diketemukan di kamar belakang, sedangkan Suprihatin diketemukan di ruang depan. Keduanya diduga sudah meninggal tiga hari lalu.