Sabtu 10 Nov 2018 22:40 WIB

Meski Operasi SAR Ditutup, Dua Tim Tetap Sisir Tanjung Pakis

Tim SAR juga bekerja totalitas 24 jam siang dan malam.

Rep: Dian Fath Risalah / Red: Nashih Nashrullah
Kepala Basarnas M. Syaugi berbincang dengan warga korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh saat doa bersama dan tabur bunga di KRI Banjarmasin 592 di Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Kepala Basarnas M. Syaugi berbincang dengan warga korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh saat doa bersama dan tabur bunga di KRI Banjarmasin 592 di Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Operasi terpusat SAR kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610, Sabtu (10/11) siang pukul 13.30 WIB. Namun, operasi SAR akan dilanjutkan Kantor SAR Jakarta dan Kantor SAR Bandung. Dua tim ini akan terus melaksanakan siaga dan penyisiran di last know positioning (LKP) dan pesisir pantai Tanjung Pakis.   

Dengan penutupan ini, Posko Terpadu di JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok otomatis juga ditutup. Selanjutnya, Posko berada di Kantor SAR Jakarta dan Kantor SAR Bandung.

Kepala Basarnas Marsdya TNI M Syaugi penutupan terpusat operasi ini dilakukan setelah Kabasarnas selaku SAR Coordinator (SC) melakukan analisa menyeluruh, koordinasi dengan seluruh stakeholder terkait, masukan dari berbagai pihak, dan melihat data-data faktual di lapangan sampai hari terakhir perpanjangan waktu pelaksanaan operasi.

"Tolok ukur operasi SAR adalah korban. Namun, sejak siang kemarin (Jumat, 9/11/2018) hingga siang ini, tim SAR sudah tidak menemukan korban lagi. Karena itulah, operasi SAR secara terpusat, saya nyatakan ditutup," kata dia, Sabtu (10/11). 

Syaugi meminta doa agar tim DVI dapat segera mengidentifikasi seluruh korban dari 196 kantong jenazah yang telah berhasil dievakuasi tim SAR. 

Kabasarnas juga mendukung penuh tim KNKT yang masih melanjutkan operasi pencarian CVR agar segera dapat menemukan barang tersebut.

Dalam operasi hari ini, Basarnas mengerahkan 40 penyelam Basarnas Special Group (BSG). Mereka melakukan penyapuan dengan anchor point Kapal Baruna Jaya I pada radius 250 meter persegi. 

Sedangkan alut yang digunakan meliputi tiga unit KN SAR (Sadewa, Basudewa, dan Rescue Boat 206), empat rubber inflatable boat (RIB), dan empat LCR (perahu karet). 

Sementara tim yang beroperasi di permukaan air, termasuk tim yang melakukan penyisiran dari Perairan Karawang hingga Tanjung Pakis juga nihil.

Selama 13 hari, tim SAR telah berhasil mengevakuasi 196 kantong jenazah yang telah diberi label oleh tim DVI dan telah diserahkan ke RS Polri Kramat Jati. 

Syaugi menyampaikan rasa terima kasih, apresiasi, dan penghargaan yang tinggi atas sinergitas dan soliditas kepada seluruh potensi SAR yang terlibat.  

Mulai dari unsur TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, KNKT, BPPT, KKP, Bakamla, Pertamina, Bea Cukai, PMI, POSSI, Indonesia Diver Rescue Team (IDRT), dan seluruh stakeholder lainnya. 

Dalam kesempatan itu, Syaugi juga menyampaikan duka mendalam dan apresiasi kepada anggota IRDT yang gugur saat membantu operasi pencarian. 

Selebihnya, Syaugi berharap, sinergitas dan soliditas itu akan terus berlanjut dalam tugas-tugas negara di masa yang akan datang. 

"Di lapangan, kami semua bersatu padu. Apa yang kami lakukan adalah bukti bahwa pemerintah hadir,” kata dia. 

Dia meyakinkan Basarnas serius menangani musibah ini sampai tuntas. Tim SAR juga bekerja totalitas 24 jam siang dan malam tanpa henti dengan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mengevakuasi seluruh korban. 

“Dan, kami bekerja dengan hati. Kita bisa merasakan apa yang dirasakan keluarga korban khususnya dan seluruh bangsa Indonesia pada umumnya," tuturnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement