Sabtu 10 Nov 2018 05:33 WIB

Dakwah Komunitas untuk Pegiat Media Sosial di Era Disrupsi

Revolusi industri keempat menciptakan perubahan cepat di bidang teknologi global

Dr Robby Habiba Abror
Foto: Dokumen Pribadi
Dr Robby Habiba Abror

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Robby Habiba Abror*

Istilah Industri 4.0 muncul sejak 2011 dalam sebuah diskusi di Hannover Fair, Jerman untuk menggambarkan realitas revolusi industri keempat yang dapat menciptakan perubahan luar biasa dan cepat dalam bidang teknologi global, yang saling terhubung serta saling menguntungkan sebagaimana dipaparkan Klaus Schwab, seorang pengamat ekonomi Jerman dalam bukunya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution (2016). Ia memperkenalkan pandangan baru tentang apa yang sekarang kita kenal dengan istilah Revolusi Industri 4.0 dengan menegaskan hari ini kita telah menyaksikan terjadinya apa yang disebutnya sebagai a transformation of humankind. Yakni revolusi secara fundamental mengubah cara kita hidup, bekerja dan berhubungan dengan orang lain.

Revolusi industri telah mengubah hidup dan cara kerja kita, sehingga kita perlu menyadari teknologi dan digitalisasi akan merevolusi segalanya. Hari ini kita dapat menyaksikan dan merasakan bersama manfaat dan tantangannya. Dengan fenomena kehidupan yang demikian itu, perubahan bergerak cepat dan mengubah segalanya, termasuk diri kita sendiri, sehingga sekarang kita juga harus siap menghadapinya.

Kenyataannya setiap pemain industri hari ini membuka tangannya dan berkolaborasi dengan siapa pun, untuk melebarkan pasar dan sayap bisnisnya guna mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Maka setiap pelaku usaha hari ini ditantang untuk membangun program kreatif yang dapat mengakomodir kebutuhan pasar dengan perubahan karakter yang terus-menerus.

Era revolusi industri 4.0 atau disebut juga dengan era disrupsi teknologi ditandai dengan terjadinya transformasi di berbagai bidang. Revolusi ini berkat inovasi disruptif yang menghadirkan paradigma baru, yakni perubahan cepat dalam mengubah atau menggeser tatanan yang lama.

Jadi era disrupsi ini sebenarnya menginisiasi lahirnya paradigma baru dalam dunia usaha, menjadi lebih inovatif yang tampak pada terjadinya proses digitalisasi sistem inovasi menggunakan aplikasi teknologi. Digitalisasi ini juga terjadi di mana-mana, di kelas, pabrik, ruang publik, dan sebagainya.

Kita perlu melihat realitas ini dengan bijak, bahwa kemajuan tidak selamanya membawa kebaikan, seringkali juga melahirkan paradoks yakni munculnya sisi destruktif seperti kejahatan siber. Kita lebih mudah mendapatkan informasi, sesungguhnya perlu disadari kita juga bagian dari informasi.

Kita butuh data, tapi ingat kita bisa jadi data. Maka data diri kita dapat diakses dan dikomodifikasi oleh orang lain untuk kepentingan bisnis perdagangan media sosial ataupun kejahatan siber.

Pada era disrupsi teknologi ini, dominasi robot atau mesin akan menggantikan peran manusia cepat atau lambat. Mesin bisa menggantikan manusia dalam berbagai aspek, dari pekerja pabrik, penjaga jalan tol, bahkan juga beberapa profesi akan tergantikan seperti guru/dosen, dokter, arsitek/insinyur, dan sebagainya.

Orang dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan kartu atau menyentuh layar monitor komputer, laptop atau ponselnya. Sehingga boleh jadi nanti peran guru/dosen hanya sebagai pembimbing agama atau budaya yang menjaga etika atau nilai-nilai tetap lestari. Realitasnya sekarang telah terjadi revolusi peran dalam berbagai bidang kehidupan.

Era disrupsi sarat inovasi, maka sering disebut pula inovasi disrupsi yang dapat diterjemahkan sebagai "inovasi baru yang menggangu dan mengacaukan". Kehadiran teknologi informasi yang terbaru dan canggih, katakanlah sampai hari ini, karena mampu di antaranya menyediakan teknologi yang menjamin dan memberi kemudahan serta harga murah, dan ini sangat berseberangan dan bertentangan dengan teknologi lama.

Motor, mobil dan ponsel sebenarnya sudah merupakan bentuk dari inovasi teknologi, tetapi tanpa inovasi disrupsi, maka ia masing-masing berdiri sendiri dan itu masih dibilang teknologi lama. Teknologi baru memungkinkan lahirnya kemudahan dalam ranah bisnis, setiap entitas itu saling berhubungan dan kelebihan inovasi disrupsi ialah mendorong pertumbuhan ekonomi dan produktivitas melalui efisiensi, sehingga diharapkan kualitas dan kuantitas meningkat. Tentu saja realitas ini memacu persaingan dunia usaha dan tidak jarang terjadi ketegangan antara pelaku usaha lama dengan “pendatang baru” yang lebih inovatif ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement