REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya meningkatkan literasi dan minat baca masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan salah satunya menghadirkan perpustakaan alternatif yang berada di wilayah selatan Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Mayjend Sutoyo.
Perpustakaan ini diberi nama Perpustakaan Alternatif Yogyakarta Selatan (Pevita). Soft launching perpustakaan tersebut telah dilakukan pada 1 November 2018 kemarin. Sementara grand launching-nya akan dilakukan pada pertengahan November ini.
Penanggung jawab Pevita, Nurlia Rahmawati mengungkapkan selain untuk meningkatkan minat baca, perpustakaan juga dibuka dengan tujuan memecah kepadatan pengunjung yang datang ke Perpustakaan Daerah Yogyakarta yang terletak di Kotabaru. Sebab, animo masyarakat sangat besar untuk datang ke perpustakaan.
Selain itu, juga sebagai pemberian layanan yang baik kepada masyarakat, khususnya di wilayah selatan Kota Yogyakarta. Sehingga, dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan perpustakaan yang dapat dijangkau dengan mudah.
"Untuk memudahkan akses informasi dan koleksi buku bagi masyarakat yang memang ada di wilayah selatan yang mungkin mengakses ke Kotabaru jauh, dan kendala angkutan yang susah. Jadi kita ingin mendekatkan masyarakat di wilayah selatan, timur, barat dan sebagainya," kata Nurlia, saat ditemui di Pevita, Yogyakarta, Kamis (8/11).
Ia menyebutkan, untuk koleksi di Pevita sendiri memang belum sebanyak yang ada di Perpustakaan Daerah Yogyakarta. Namun, jenis koleksi yang ada tetap akan disamakan. Hingga saat ini, koleksi buku yang ada di Pevita sudah mencapai enam ribu eksemplar.
Koleksi tersebut diantaranya berjenis koleksi buku umum, buku agama, buku keterampilan, buku anak, hingga layanan Ada Koleksi Lokal Konten Yogyakarta (Aleksa). Layanan Blind Cornen untuk Anda (Belinda) yang terdiri dari koleksi buku braile, digital talking book, buku sekolah elektronik (BSE) dan buku awas pun ada.
Semua koleksi ini, memang sama dengan yang ada di Perpustakaan Daerah Yogyakarta. Nantinya, jumlah koleksi di Pevita akan terus ditambah. "Penambahannya akan dimasukkan dalan anggaran tahun 2019 nanti," jelas dia.
Dalam rangka sosialisasi Pevita ini, dilakukan berbagai kegiatan yang dapat mengenalkan Pevita kepada masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggelar berbagai lomba seperti lomba mewarnai untuk siswa TK se-Kota Yogyakarta pada 1 November lalu.
Kemudian, lomba menulis surat untuk wali kota untuk siswa SD se-Kota Yogyakarta pada 6 hingga 8 November dan dilanjutkan dengan lomba mading untuk siswa SMP se-Kota Yogyakarta pada 9 hingga 13 November. "Kegiatan ini kita lakukan dalam rangka menyemarakkan nanti grand lounching pada pertengahan November, pada 15 November," tambahnya.
Dengan dibukanya Pevita, ia berharap masyarakat dapat memanfaatkannya dengan baik, khususnya untuk masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta. Tentu, pihaknya pun berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Sehingga dapat menimbulkan minat baca yang juga semakin meningkat di seluruh kalangan masyarakat.
"Bisa meningkat pula literasi masyarakat. Masyarakat di Kota Yogya lebih melek literasinya, lebih terbuka. Karena kita sudah menghadapi zamam serba elektronik dan online seperti dunia maya itu sangat harus diimbangi kemampuan dalam hal literasi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan dan Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, Nunun Zulaikha, mengatakan Pevita dikembangkan memang dalam rangka memecah keramaian pengunjung yang datang ke Perpustakaan Daerah Yogyakarta. Sebab, animo masyarakat Kota memang sangat besar dalam mengunjungi perpustakaan.
Hal tersebut, lanjutnya, bahkan sudah menjadi tren di masyarakat Kota Yogyakarta untuk menghabiskan waktu di perpustakaan. Untuk itu, Pemkot akan terus melakukan pengembangan perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat.
"Pengembangan itu pasti, sesuatu itu harus dinamis dan inovatif. Dinamisnya karena masyarakat melihat sekarang sukanya apa dan besok sudah beda. Jadi kita harus inovatif karena tidak mungkin ssesuatu itu stagnan, berhenti sampai di situ, dan kita harus bereksplorasi," kata Nunun.
Ia menyebutkan, per harinya masyarakat yang mengunjungi Perpustakaan Daerah mencapai 1.000 hingga 1.200 orang. Sementara, ruang yang tersedia tidak terlalu besar. Untuk itu, perlu adanya perpustakaan lain dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.