Rabu 07 Nov 2018 20:04 WIB

Dua Inovasi Pelayanan Publik Kemenlu Raih Top 40

Dua inovasi pelayanan publik itu adalah program Menikum dan Jarum Pentul.

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Irwan Kelana
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan penghargaan Top 40 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik se-Indonesia kepada Wamenlu AM Fachir.
Foto: Dok Kemenlu
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerahkan penghargaan Top 40 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik se-Indonesia kepada Wamenlu AM Fachir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua inovasi pelayanan publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berhasil menyabet penghargaan Top 40 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik se-Indonesia  yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).

Penghargaan tersebut diraih setelah bersaing dengan 2.824 peserta dari  berbagai kementerian/lembaga pusat maupun pemerintah daerah serta BUMN/BUMD.

Dua inovasi pelayanan publik yang dimenangkan Kemenlu tersebut yaitu program Menikum  (Menikah untuk Melindungi) yang dibangun dan dilakukan oleh Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kota Kinabalu, Malaysia dan program Jarum Pentul (Jadi Relawan Museum itu Penting dan Gaul) yang dibangun dan dilakukan oleh Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung di bawah penanganan Direktorat Diplomasi Publik pada Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu.

Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, di Jakarta, Rabu (7/11), bersama para penerima penghargaan dari berbagai kementerian, lembaga dan pemerintah daerah se-Indonesia.

Konsul Jenderal RI untuk Kota Kinabalu, Kiki Jaelani menjelaskan, Menikum merupakan program inovasi pelayanan publik untuk proses pengesahan pernikahan bagi WNI di wilayah kerja KJRI Kota Kinabalu yaitu wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia.

Program Menikum merupakan implementasi dari Nawacita untuk menghadirkan peran negara di hadapan seluruh WNI, serta selaras dengan kebijakan Menteri Luar Negeri RI untuk memberikan perlindungan “beyond protection”.

Program ini, lanjut Kiki, telah dilaksanakan sejak tahun 2011 dan telah dimanfaatkan oleh 2.600 orang. Menurut dia, program ini secara nyata telah memberikan perlindungan kepada anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut, yang tidak hanya dari segi terpenuhi hak-hak dasar serta kejelasan status hukum seorang anak, namun juga kemudahan untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak dan pengurusan dokumen resmi seperti akte kelahiran maupun paspor.

Sedangkan Jarum Pentul merupakan program kerelawanan yang mempromosikan kebiasaan baru bahwa tanggung jawab pengembangan museum tidak melulu oleh museum tetapi juga oleh masyarakat, terutama generasi muda.

Azis Nurwahyudi, direktur Diplomasi Publik Kemenlu yang membawahi Museum KAA mengatakan, diplomasi publik yang membuka kesempatan berbagai elemen masyarakat untuk turut serta dalam diplomasi telah mengubah partisipasi publik melalui program Jarum Pentul di Museum KAA.

 

‘’Program ini menjadi kontribusi aktif terhadap upaya promosi strategi diplomasi publik berbasis nilai-nilai unggul Indonesia,’’ kata Azis melalui keterangan tertulis yang diterima Republik.co.id, Rabu (7/11).

 Menurut Kepala Museum KAA, Meinarti Fauzie, salah satu keberhasilan Jarum Pentul adalah mampu melibatkan lebih dari 700 generasi milenial di Bandung sebagai bagian dari Sahabat Museum KAA yang secara aktif berkegiatan di museum.

‘’Para relawan ini banyak membantu menyebarkan nilai-nilai Konferensi Asia Afrika dalam berbagai kegiatan. Terdapat 13 klab dan lima komunitas di Sahabat Museum KAA yang secara rutin menggunakan Museum KAA untuk beraktivitas,” kata Meinarti.

Kedua inovasi dari Kemenlu ini memenangkan kategori Top 40 setelah pada September 2018  masuk dalam kategori Top 99.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement