Rabu 07 Nov 2018 19:47 WIB

Personel TNI Tetap Siaga Mendukung Operasi SAR

Meski tim TNI AL ditarik namun mereka tetap stand by jika sewaktu-waktu diminta.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (7/11/2018).
Foto: Antara/Ananta Kala
Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (7/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI Angkatan Laut (AL) akan tetap menyiagakan kapal dan penyelam jika sewaktu-waktu dimintai bantuan oleh tim Badan SAR Nasional (Basarnas). Pada hari terakhir tim SAR gabungan bekerja melakukan pencarian dan pengevakuasian korban dan pesawat Lion Air PK-LQP, tidak ada temuan yang signifikan.

"Sementara tim kami dari TNI, khususnya TNI AL, kita tarik untuk stand by. Jadi kita tetap siap siaga, tetap akan disiapkan personel baik penyelam maupun KRI-nya untuk mendukung operasi SAR," ujar Dansatgas SAR Lion Air JT 610 Kolonel Laut (P) Isswarto di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (7/11).

Hari ini, Isswarto mengatakan, pihaknya tidak menemukan sesuatu yang signifikan setelah melakukan pencarian di lokasi yang telah ditentukan. Selain itu, hasil deteksi sensor multibeam dari KRI Rigel-933 maupun KR Baruna Jaya I tidak menunjukkan hal yang signifikan.

"Memang kecil-kecil saja. Puing-puing tersebut berserakan sangat kecil jadi kalau kita ambil, saya kira tidak bisa menambah untuk investigasi," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, suara 'ping' dari kotak hitam cockpit voice recorder (CVR) sempat terdeteksi oleh 'ping' locator pada pagi hari. Namun, begitu didekati, suara tersebut kembali hilang. Ia tak tahu apakah masalah ada pada 'ping locator'-nya atau suara ping dari CVR itu yang sudah melemah.

Dia menjelaskan, indikasi itu jika tidak tertutup benda yang lebih besar, bisa jadi tertancap di lumpur. Dia menjelaskan, lumpur di dasar laut sangat tebal. Saat penyelam mencoba berdiri, itu hampir di atas lutut tebalnya.

Untuk rencana pengangkatan cockpit pesawat, Isswarto menerangkan, saat ingin diangkat, ternyata cockpit sudah dalam keadaan hancur. Hampir serupa dengan bagian pesawat lainnya, sudah berbentuk puing-puing. Karena itu, menurutnya, jika diangkat pun akan makin hancur.

Lokasi pencarian yang tadinya ditandai menggunakan KM Victory milik Pertamina, kini diganti dengan menggunakan KR Baruna Jaya I. Kapal tersebut milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mempunyai alat pendeteksi sinyal dan citra bawah laut. "Sekarang sudah ada di posisi dan mungkin besok dari Basarnas akan melanjutkan operasi SAR ini," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement