Senin 05 Nov 2018 04:14 WIB

Sulitnya Tim DVI Mengidentifikasi Jenazah Korban JT 610

Hingga Ahad (4/11), Tim DVI Polri baru mengidentifikasi tujuh jenazah.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri memeriksa jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang baru tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri memeriksa jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang baru tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat Indonesia dikejutkan musibah kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, pada Senin (29/10) pagi. Pesawat jenis Boeing 737 Max 8 itu membawa 189 orang, termasuk tujuh awak pesawat berangkat pukul 06.10 WIB kemudian diperkirakan tiba di Pangkal Pilang pukul 07.10 WIB, namun kemudian dilaporkan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB.

Terakhir, pesawat beregistrasi PK-LQP yang baru beroperasi pada Agustus 2018 itu tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S-107 07.16 E, selanjutnya diketahui jatuh di sekitar perairan Tanjungpakis Karawang Jawa Barat. Berdasarkan laporan, seluruh penumpang, termasuk balita dan tujuh awak pesawat meninggal dunia pada musibah tersebut.

Direktur Operasional Basarnas Brigadir Jenderal Marinir Bambang Suryo Aji memperkirakan kecil kemungkinan korban selamat dari musibah tersebut. Karena, menurutnya, pesawat diduga jatuh pada ketinggian 3.000 kaki yang menghantam keras permukaan air laut.

"Prediksi saya sudah tidak ada yang selamat karena korbannya yang ditemukan itu beberapa potongan (tubuh) saja sudah tidak utuh. Jumlah 189 (orang) itu bisa dinyatakan meninggal," kata Bambang.

Bambang mengatakan, pesawat yang jatuh dari ketinggian 3.000 kaki menyebabkan badan pesawat menghantam permukaan laut cukup keras sehingga membentur penumpang. Jangankan menemukan penumpang selamat, petugas pun cukup kesulitan untuk mencari bagian tubuh korban di perairan Karawang.

Saat pihak Basarnas memastikan pesawat jatuh, pimpinan Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto Jakarta Timur menyiapkan sekitar 130 ahli forensik dan petugas gabungan lain dari Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Kedokteran Universitas Indonesia, dan beberapa rumah sakit. Kepala Instalasi Kedokteran Forensik Komisaris Besar Polisi Edi Purnomo menyatakan tim forensik dari berbagai keahlian dikerahkan guna mengautopsi penumpang Lion Air JT 610.

Kepala Rumah Sakit RS Polri Sukanto Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Musyafak menegaskan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri dan tim gabungan bekerja keras mengidentifikasi penumpang Lion Air meskipun minim data untuk mencocokkan jenazah korban. Musyafak menuturkan, tim forensik membutuhkan data rekam medis penumpang Lion Air saat masih hidup, seperti struktur gigi, tanda fisik, maupun DNA dari satu jaringan keluarga.

Penumpang Lion Air yang ditemukan dalam kondisi tidak utuh, menurut Musyafak, menjadi salah satu kendala mengidentifikasi korban. "Ada bagian-bagian tubuh yang cukup banyak, sehingga nanti kita akan melaksanakan pemeriksaan DNA juga cukup banyak," ujar Musyafak.

Musyafak melanjutkan seluruh bagian tubuh yang diterima RS Polri Kramatjati akan diperiksa DNA-nya selama terpisah dengan bagiannya yang lain. Selain itu, Musyafak mengungkapkan identifikasi para korban dengan mencocokkan DNA akan memakan waktu paling cepat empat-delapan hari.

Baca juga:

Mukjizat

Hingga Ahad (4/11), Tim Disaster Victim Investigation (DVI) RS Polri Raden Said Sukanto dan gabungan telah mengidentifikasi tujuh penumpang Lion Air JT 610 dari total 189 korban. Ketujuh penumpang yang teridentifikasi, yakni Jannatun Cintya Dewi, Candra Kirana, Monni, Hizkia Jorry Saroinsong, Endang Sri Bagusnita, Wahyu Susilo, dan Fauzan Azima.

Sila Fenita yang merupakan orang tua penumpang Lion Air yang teridentifikasi atas nama Hizkia Jorry Saroinsong, menyatakan proses identifikasi putranya merupakan mukjizat dari Tuhan.

"Buat saya itu suatu mukjizat di antara sekian banyak, hanya satu tangan saja yang teridentifikasi. Itu menyatakan Tuhan baik buat saya, buat keluarga saya. Jadi terpuji nama Tuhan Yesus, itu saja," tutur Sila Fenita.

Sila menyatakan hal itu lantaran jenazah putranya hanya menyisakan beberapa bagian tubuh, seperti lengan kanan dengan tiga jarinya yakni ibu jari, telunjuk, dan kelingling. Namun, melalui kerja keras tim DVI RS Polri Raden Said Sukanto mampu mengidentifikasi korban melalui sidik jari yang memiliki kecocokan 14 titik dengan data antemortem.

Tim DVI menggunakan beberapa data primer untuk mengidentifikasi penumpang Lion Air JT 610. Seperti sidik jari, susunan gigi dan DNA, kemudian data sekunder yakni tanda medis berupa tato dan bekas operasi, serta properti yang dibawa dan data pendukung lainnya.

Hizkia, yang berusia 23 tahun berjenis kelamin laki-laki, berhasil teridentifikasi melalui sidik jari ibu jari, telunjuk dan kelingking tangan kanan yang dicocokkan dengan sistem KTP-elektronik melalui mesin 'Mambis dan INAFIS portable'.

Saat ini, tim DVI Polri telah mengambil 255 sampel fisik khas korban sebelum meninggal (antemortem) dari keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. 183 sampel di antaranya untuk pemeriksaan DNA.

Tim forensik RS Polri sendiri telah menerima 105 kantong jenazah penumpang Lion Air JT 610. Dan hingga Sabtu (3/11) malam, tim telah mengidentifikasi 32 kantong yang tiba.

Wakil Kepala Rumah Sakit Polri Said Sukanto Komisaris Besar Polisi Haryanto menyebutkan dari 255 antemortem yang didapat dari Pangkal Pinang sebanyak 43 dan dari RS Polri mencapai 212 telah dikerucutkan menjadi 189 antemortem.

"Dari 189 antemortem yang diambil DNA ada 183 jadi sepertinya sudah semua diambil. Ada selisih karena ada penumpang satu keluarga jadi antemortem hanya satu. Jadi, sudah komplet sebenarnya," kata Haryanto.

photo
Kronologi Jatuhnya Lion Air JT 610

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement