Sabtu 03 Nov 2018 17:55 WIB

Airnav: Kecelakaan Jatuhnya Lion Air Kompleks

Didit mencontohkan dengan kerusakan yang sering terjadi pada telepon genggam.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Endro Yuwanto
Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi (kiri) bersama Infestigator KNKT Bambang Irawan (kanan) memperlihatkan kotak hitam (black box) Pesawat Lion JT-610 yang ditemukan di perairan Karawang saat konferensi pers di KR Baruna Jaya 1, Jawa Barat, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi (kiri) bersama Infestigator KNKT Bambang Irawan (kanan) memperlihatkan kotak hitam (black box) Pesawat Lion JT-610 yang ditemukan di perairan Karawang saat konferensi pers di KR Baruna Jaya 1, Jawa Barat, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Corporate Secretary Airnav Indonesia Didit Radityo mengatakan, penyebab kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP tidak sederhana. Ia menduga, kecelakaan tersebut kompleks dan bukan disebabkan oleh satu faktor saja.

"Sangat kompleks sebuah insiden itu faktornya, tidak mungkin single contribution," kata Didit saat menghadiri diskusi bertajuk 'Potret Dunia Penerbangan Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (3/11).

Didit juga mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan pesawat sesuai prosedur. Ia menjelaskan, pihaknya selalu memeriksa izin dan melakukan evaluasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Namun, Didit membenarkan teknologi bisa saja tiba-tiba mengalami gangguan tidak terduga. "Ketika ada indikasi gagal di pesawat bisa manual perbaiki untuk lakukan a,b,c,d. Namun, teknologi bisa saja rusak walaupun sudah dilakukan cek karena penyebab itu sangat kompleks dan tidak mungkin single contributor," kata dia lagi.

Didit mencontohkan dengan kerusakan yang sering terjadi pada telepon genggam. Ketika dibawa ke tempat perbaikan, telepon genggam bisa saja tidak ditemukan kerusakan. Namun, ketika akan dipakai kembali tiba-tiba rusak.

Terkait hal ini, Didit mengatakan akan menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pasalnya, kecelakaan pesawat yang kompleks tersebut tidak bisa dipahami dari apa yang sudah terjadi saja, namun juga harus dipelajari masalahnya melalui black box pesawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement