Sabtu 03 Nov 2018 14:25 WIB

Menteri PUPR: Infrastruktur untuk Kebutuhan Masyarakat

Pembangunan infrastruktur meratakan manfaat ekonomi dan sosial di seluruh Indonesia

Red: EH Ismail
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Publikisme 2018 dengan tema Pembangunan Infrastruktur: Pemerataan vs Pertumbuhan Ekonomi, di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Kamis (1/10)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Publikisme 2018 dengan tema Pembangunan Infrastruktur: Pemerataan vs Pertumbuhan Ekonomi, di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Kamis (1/10)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus Pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, namun juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

"Apapun infrastruktur yang dibangun pasti untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sejak dari tahap perencanaan sampai program, orientasinya adalah manfaat pembangunan bagi masyarakat," kata Basuki dalam Seminar Nasional Publikisme 2018 dengan tema Pembangunan Infrastruktur: Pemerataan vs Pertumbuhan Ekonomi, di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Kamis (1/10).

Menurut Basuki, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat diharapkan pembangunan infrastruktur, manfaat ekonomi dan sosial merata di seluruh Indonesia. Basuki mencontohkan, di samping merenovasi bangunan inti tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN), Kementerian PUPR juga akan melengkapi setiap PLBN, dengan bangunan pasar yang saat ini dalam tahap konstruksi.

"Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru. Seperti di Skouw, transaksi yang dilakukan dengan warga Papua Nugini tidak hanya sekadar makanan kecil namun juga emas," ujar Basuki.

Untuk mendukung pengembangan pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan, Kementerian PUPR juga terus menyelesaikan pembangunan jalan perbatasan. Di Provinsi NTT yang menjadi wilayah perbatasan RI-Timor Leste, telah dirampungkan jalan perbatasan sepanjang 176,2 km. Sementara, Jalan perbatasan di Kalimantan dari panjang 1.906 km telah tembus 1.692 km. Di Papua, jalan perbatasan sudah tembus 909 km dari total 1.098 km. 

Basuki menambahkan, semua pembangunan tersebut bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memenuhi kebutuhan masyarakat hingga pulau terluar. "Keputusan membangun infrastruktur oleh Negara tidak hanya memperhatikan nilai ekonomis, tetapi juga harus juga bisa mempersatukan dan menciptakan keadilan sosial. Sehingga pembangunan tidak hanya berpusat di Jawa dan Sumatera," tutur Basuki.

Kementerian PUPR juga membangun jembatan gantung yang menghubungkan antardesa. Tahun 2015 sebanyak 10 unit jembatan gantung, tahun 2016 sebanyak tujuh unit dan 2017 sebanyak 13 unit, 2018 sebanyak 134 unit di beberapa wilayah di Indonesia

Untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, Kementerian PUPR membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui program rumah khusus, bantuan stimulan rumah swadaya, rumah susun, dan PSU yang tersebar hingga ke wilayah terluar Indonesia. Sebagai contoh, pembangunan rumah khusus yang dibangun bagi penduduk di Asmat, para pengungsi ex Timor Timur (Timtim) di Belu dan rumah nelayan di berbagai wilayah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement