REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syachrul Anto, seorang penyelam yang gugur dalam pencarian korban pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat Jumat (2/11) kemarin. Ia merupakan penyelam andal yang sering mengikuti misi kemanusiaan bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
"Syahrul ini memang orang yang senang menolong, senang membantu. Dia tinggal di Makassar. Kebetulan dia seorang penyelam yang handal, dia kita ajak kalau ada misi-misi (kemanusiaan, Red) kaya gini," ujar Leader Indonesia Rescue Diver Team Bayu Wardoyo di Jakarta Internaional Container Terminal (JICT) 2, Jakarta Utara, Sabtu (3/11).
Bayu menceritakan, Syachrul juga terlibat dalam proses evakuasi pesawat Air Asia yang jatuh di Pangkalan Bun, Perairan Kalimantan beberapa waktu lalu. Syachrul juga turut serta membantu Basarnas dalam proses evakuasi korban gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. "Dia itu terlibat lama waktu Air Asia. Dia salah satu orang yang cukup lama. Orang sebelum ke sini dia ke Palu kok. Dia dari hari pertama kejadian sudah di sana, karena dia ada di Makassar langsung ke sana," ungkap Bayu.
Ia menjelaskan, Syachrul merupakan salah satu penyelam yang tergabung dalam Indonesia Rescue Diver Team. Selain sebagai penyelam, Syachrul juga sering terlibat dalam misi kemanusiaan bersama Basarnas lainnya.
Profesi penyelam digelutinya berawal dari hobi menyelam, sampai akhirnya Syachrul memiliki lisensi Rescue Diver. Bayu mengatakan, dalam proses menyelam, Syachrul selalu mengutamakan keselamatan. "Intinya kita itu memang koordinasinya di bawah basarnas. Jadi kita bukan relawan yang mengajukan diri, jadi kita kalau kayak gini, dihubungi oleh Basarnas," kata Bayu.
Ia menambahkan, sebagai penyelam memang memiliki risiko yang besar. Akan tetapi, setelah kejadian meninggalnya Syachrul tidak lantas membuat anggota penyelam lainnya mengurungkan niat membantu mengevakuasi korban. "Kita hidup di darat saja risikonya banyak, apalagi ini di laut, yang bukan tempat tinggal kita, risikonya banyak," tambah Bayu.