Jumat 02 Nov 2018 17:30 WIB

Di Balik Layar Kerja Tim Identifikasi

Setiap bagian tubuh yang diperiksa dianggap sebagai satu individu.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Tim Disaster Victim Identification (DVI) menyampaikan perkembangan identifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP, Jumat (2/11),
Foto: Imas Damayanti / Republika
Tim Disaster Victim Identification (DVI) menyampaikan perkembangan identifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP, Jumat (2/11),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan sabar, Dokter Spesialis Forensik DVI RS Polri Niken Budi Setiawati, melayani satu per-satu pertanyaan wartawan terkait cara kerja yang dilakukan tim forensik terhadap jenazah penumpang Lion Air JT610 PK-LQP, di Ruang Instalasi Forensik yang menjadi Posko Posmortem, Jumat (2/11), Jakarta. 

Tanpa masker ataupun penutup hidung dan mulut, dokter spesialis forensik tersebut nampak akrab dengan ruangan yang dimasukinya bersama rekan-rekan media. Padahal, tak sedikit dari rekan media yang mengenakan masker penutup dalam 'mengintip' proses dan cara kerja tim forensik di lapangan.

Dalam paparannya, Niken menjelaskan proses identifikasi jenazah dilakukan sesuai standar yang berlaku. Kantong jenazah yang diterima tim forensik menurutnya akan segera didata untuk proses registrasi. Setelah proses tersebut selesai, kantong jenazah dibawa ke ruang pendingin dan lalu akan dilakukan pemeriksaan. 

photo
Anggota TNI AL membawa kantung jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

"Begitu kantong jenazah datang, itu langsung diregistrasi dan dibawa ke ruang pendingin. Selanjutnya akan diperiksa dan lain sebagainya," ujarnya.

Perlu diketahui, jenazah dalam kasus Lion Air JT-610 PK-LQP hingga tulisan ini dirilis, Jumat (2/11), ditemukan dalam keadaan tidak utuh, atau hanya berupa bagian tubuh saja. Hal tersebut menurut Niken dalam proses forensik, tidak dikelompokkan ke dalam bagian tubuh tertentu. Menurutnya, setiap bagian tubuh yang diperiksa dianggap sebagai satu individu.

Proses pemeriksaan bagian tubuh dimaksudkan untuk mengenali ciri khusus jenazah. Antara lain tahi lalat, tato, ataupun bekas luka medis seperti jahitan dan lain sebagainya.

Dalam satu kantong jenazah, ia menyebut terdapat satu tim pemeriksa yang terdiri atas dokter forensik, dokter DNA, dokter gigi, dan fotografer. Hal itu dimaksudkan agar proses pemeriksaan terdata dengan baik dan dapat segera masuk ke tahapan identifikasi selanjutnya. 

Dalam beberapa kali menyebut kata 'bagian tubuh', Niken nampak menghindari kata-kata sadisme yang menggambarkan ciri tubuh jenazah yang ia periksa. Matanya sedikit berkaca-kaca ketika menceritakan proses pemeriksaan dan pengambilan sampel jenazah yang ia periksa. 

photo
Sejumlah petugas gabungan saat membawa kantung jenazah di Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (30/10).

Sementara itu ditemui terpisah, Kepala Laboratorium Pusdokkes Kombes Pol Putut Cahyo Widodo menilai, melihat kondisi jenazah yang ada, proses identifikasi melalui DNA adalah kemungkinan terbesar profil jenazah dapat terungkap. Hanya saja, proses pengecekan DNA yang dilakukan di laboratorium memang membutuhkan waktu yang cukup lama, berkisar empat sampai delapan hari dari waktu sampel DNA diproses di laboratorium. 

Menurutnya, tidak ada kendala berarti dalam pengecekan DNA jika data DNA keluarga lengkap terkumpul. Meskipun kondisi jenazah dalam keadaan rusak akibat air laut, hal itu tidak serta merta merusak sel-sel DNA yang ada. Ia meyakini, proses profiling melalui DNA akan berhasil karena setiap orang memiliki DNA yang berbeda. 

"Setiap orang memiliki DNA yang berbeda, DNA diwariskan dari garis keturunan darah," ujarnya. 

Sejauh ini Tim DVI berhasil mengambil sampel DNA Keluarga penumpang dan kru Lion Air JT-610 PK-LQP berjumlah 152 orang. Sementara data ante mortem telah seluruhnya didapatkan oleh Tim DVI. 

Sebelumnya diketahui, pesawat Lion Air JT610 jatuh di perairan Tanjung Karawang setelah mengudara 13 menit dengan rute Jakarta-Pangkalpinang pada Senin (29/11). Terdapat 189 orang penumpang dan kru yang ikut dalam penerbangan tersebut. Hingga saat ini belum diketahui sebab pasti jatuhnya peristiwa nahas tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement