REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Meski hujan sudah mulai turun di beberapa wilayah Kabupaten Banyumas, namun curah hujan masih belum merata. Hal ini menyebabkan wilayah desa yang mengalami kesulitan air bersih masih cukup banyak.
''Hingga saat ini, masih ada 13 desa yang warganya masih kesulitan air bersih. Kita masih rutin melakukan droping air bersih ke desa-desa tersebut,'' kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banyumas, Kusworo, Kamis (1/11).
Ke-13 desa tersebut, antara lain berada di wilayah Kecamatan Rawalo, Purwojati, Cilongok, Wangon, Ajibarang dan Pekuncen. Sedangkan desa yang paling banyak mendapat droping air, adalah Desa Panusupan Kecamatan Cilongok karena krisis air di desa tergolong paling parah dan jumlah warga yang kesulitan air bersih cukup besar.
Sementara mengenai pasokan air bersih, dia menyebutkan, sejak awal kemarau hingga saat ini BPBD Banyumas sudah melakukan droping air bersih sebanyak 164.000 liter. Pasokan air sebanyak itu, dilakukan dengan menggunakan tiga truk tangki air.
Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Suyanto, menyebutkan jumlah desa yang mengalami krisis air bersih di tahun 2018 ini, jauh lebih banyak dibandung tahun 2015. ''Pada tahun 2015 tercatat ada 55 desa/kelurahan di 19 kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Sedangkan pada tahun 2018 ini, ada 68 desa dari 15 kecamatan,'' kata dia.
Mengenai penyebabnya, dia menyebutkan selain musim kemarau yang tergolong cukup lama, juga berkurangnya sumber mata air akibat penggundulan lahan hijau.
Dia juga menyebutkan, dalam beberapa hari terakhir, hujan memang sudah mulai turun. Namun intesitas hujan masih sangat kecil, sehingga sumber-sumber air yang ada juga belum kembali normal.