Jumat 02 Nov 2018 10:33 WIB

Kisah Kebakaran dan Aksi Teroris di Pertamina Balongan

Simulasi untuk me-refresh pemahaman tugas dan tanggung jawab atas kondisi emergency.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Salah satu adegan dalam simulasi Major Emergency Drill tahap II yang dilakukan Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Salah satu adegan dalam simulasi Major Emergency Drill tahap II yang dilakukan Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Pagi yang cerah dan tenang di lingkungan Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, tiba-tiba terusik, Kamis (1/11). Pipa line naptha di area 400 yang berbatasan dengan Blok Kesambi, Desa/Kecamatan Balongan dilaporkan mengalami kebocoran. Akibatnya, uap minyak naptha terbakar yang menyebabkan asap membumbung tinggi dan menyebar ke pemukiman warga. 

Kepanikan langsung terjadi. Tim pemadam dari Fire Station Fungsi Health Safety & Environment (Fire Fighting HSE) dari pihak security, bergerak cepat menuju lokasi kebakaran dan melakukan pemadaman api. Upaya pemadaman juga dibantu Tim Penanganan Keadaan Darurat dari Pertamina EP dan Terminal BBM Balongan. Aparat TNI/Polri juga diterjunkan untuk mengamankan lokasi.

Akibat kebakaran tersebut, terdapat satu korban meninggal dan dua korban terluka. Para korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Pertamina Balongan dengan menggunakan ambulance. Korban luka kemudian  dirujuk ke RSUD Indramayu dan RS Pertamina Cirebon.

Melihat situasi lingkungan yang tercemar minyak naptha dan jatuhnya korban dari warga, masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pun berunjuk rasa di depan Pos I Kilang Balongan. Mereka menuntut RU VI untuk bertanggung jawab. Mereka pun mendesak untuk menyampaikan tuntutan itu langsung kepada GM RU VI Balongan.

Upaya mediasi dengan tim mediasi tidak menemui kata sepakat. Warga yang jumlahnya semakin banyak membuat situasi semakin memanas dan berubah anarkis. Petugas security berupaya keras untuk membendung aksi massa.

Tim Dalmas Polres Indramayu pun datang dan mengambil alih penanggulangan aksi massa. Petugas juga menangkap aktor yang dianggap provokator.

Dalam situasi tersebut, sekelompok teroris datang dan memanfaatkan kondisi genting itu. Mereka menerobos masuk ke dalam Gedung Putih, menembakkan senjata, mengumpulkan semua pekerja keluar dari Gedung Putih dan menyandera mereka di area parkir.

Para teroris itu juga menyandera seorang manager. Teroris memaksa manager untuk menelpon ke Pos I dan menuntut agar petugas di sana membebaskan rekan mereka yang ditangkap petugas. Tak hanya itu, kelompok teroris juga meminta tebusan uang dengan nilai triliunan rupiah.

Kepala security kemudian meminta bantuan pada pasukan Yonif Batalyon Infantri Rider 321/Galuh Taruna Kostrad. Tak berapa lama, pasukan datang dan masuk menuju Gedung Putih.

Terjadi kontak senjata antara pasukan Yonif Raider dengan para teroris. Pasukan pun berhasil menembak mati sejumlah teroris dan membebaskan para sandera di area parkir.

Tak berhenti sampai di situ, secepat kilat, petugas Yonif Raider juga masuk ke ruang lobi gedung putih dan menyebar menuju lantai dua. Kontak senjata kembali terjadi bahkan disertai lemparan bom asap. Seorang teroris yang berada di lorong lantai dua berhasil dilumpuhkan.

Dalam waktu bersamaan, Tim Raider yang berada di atap gedung putih masuk dengan memecahkan jendela kaca ruang staf. Pasukan itu melumpuhkan sisa teroris yang bertahan di ruang GM, tempat manager disandera.

Pasukan kemudian mengadakan pembersihan dan menyelamatkan manager yang semula disandera. Manager akhirnya dibawa keluar dari gedung putih.

Namun, semua peristiwa itu tidak terjadi sungguhan. Semua kejadian itu merupakan bagian dari skenario simulasi Major Emergency Drill level II yang dilakukan Pertamina RU VI Balongan.

"Keadaan darurat sulit diduga waktu kejadiannya. Karena itu, kami antisipasi dengan latihan penanganan darurat," ujar GM Pertaina RU VI Balongan, Burhanudin, saat ditemui usai pelaksanaan simulasi.

Burhanudin menjelaskan, tujuan dilaksanakan simulasi tersebut di antaranya untuk me-refresh pemahaman tugas dan tanggung jawab tim manajemen unit operasi terhadap kondisi emergency. Hal itu sebagai implementasi pedoman Penanggulanagan Keadaan Darurat (PKD) RU VI Balongan dan Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) Refinery.

"Simulasi ini juga sebagai sarana upskilling tim penanggulangan keadaan darurat dan observer di lapangan, serta implementasi MoU tim penanggulangan keadaan darurat area unit bisnis Pertamina Indramayu," tandas Burhanudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement