Kamis 01 Nov 2018 18:28 WIB

Jasad Khashoggi dan Kepulangan Penantang Putra Mahkota

Ia bersedia pulang ke Saudi setelah Inggris dan AS menjamin keamanannya.

Para penyidik Turki mencari petunjuk yang mungkin ada terkait pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di parkir basement, di konsulat Istanbul, Selasa (23/10).
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Para penyidik Turki mencari petunjuk yang mungkin ada terkait pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di parkir basement, di konsulat Istanbul, Selasa (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Yeyen Rostiyani

JENEWA -- Komisioner PBB yang mengurusi hak asasi manusia (HAM), Michelle Bachelet, pada Selasa (30/10) menyerukan pentingnya melibatkan ahli internasional untuk menginvestigasi kasus Jamal Khashoggi. Ia juga mendesak Arab Saudi untuk mengungkap lokasi jenazah Khashoggi. Ini untuk ketiga kalinya Bachelet mengomentari soal Khashoggi.

"Demi investigasi agar dapat di lakukan dengan bebas dari aneka pertimbangan politis, keterlibatan ahli internasional dengan akses penuh kepada barang bukti dan para saksi amat diharapkan," ujar Bachelet dalam pernyataannya.

"Saya amat menyambut langkah yang diambil pihak berwenang Turki dan Saudi untuk menginvestigasi dan memproses hukum orang-orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan Tuan Khashoggi," lanjut dia yang dikutip Japan Times, Rabu (31/10).

"Namun, berdasarkan informasi yang menyebutkan adanya petinggi di Arab Saudi yang terlibat, dan juga terjadi di Konsulat Saudi, maka kita harus tegas menegakkan aturan untuk memastikan proses hukum yang benar dan keadilan bagi kejahatan yang mengejutkan ini terhadap seorang wartawan dan pengkritik pemerintah," katanya.

Khashoggi (59 tahun) diperkirakan dibunuh sesaat setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, 2 Oktober silam. Saat itu, wartawan yang juga kolumnis Washington Post sedang mengurus surat-surat pernikahannya di konsulat.

Bachelet juga menekankan pentingnya menentukan apakah "ada pelanggaran HAM yang berat, seperti penyiksaan, eksekusi, atau penghilangan secara paksa yang dilakukan dan harus mengidentifikasi semua yang terlibat dalam kejahatan ini tanpa memandang kapasitas jabatan mereka."

Ia pun menyerukan kepada pejabat Turki dan Saudi untuk bekerja sama memastikan agar pembunuhan Khashoggi menemui titik terang. "Pemeriksaan forensik, termasuk autopsi jenazah korban, adalah elemen yang penting dalam investigasi pembunuhan, dan saya mendesak pihak berwenang Saudi untuk mengungkapkan keberadaan jenazah korban tanpa menunda-nunda lagi atau berbelit-belit," ujar Bachelet.

Pada perkembangan lain, media Turki melaporkan, Jaksa Agung Saudi Saud al-Mojeb bertemu dengan para petinggi intelijen Turki. Mojeb berada di Turki dalam rangka investigasi pembunuhan Khashoggi.

Sebelumnya, al-Mojeb bertemu rekannya, Jaksa Istanbul Ifran Fidan. Sang jaksa juga sudah melakukan kunjungan ke Konsulat Saudi di Istanbul. Menurut kantor berita Demiroren Haber Ajansi atau DHA, Rabu, al-Mojeb mengunjungi kantor intelijen Turki di Istanbul, National Intelligence Agency (MIT). Namun, sejauh ini tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai pertemuan tersebut.

Menurut kantor berita DHA, al-Mojeb meninggalkan hotelnya selepas tengah malam atau Rabu dini hari. Tidak ada laporan mengenai berapa lama ia berada di kantor MIT sebelum akhirnya kembali ke hotelnya. Pekan lalu, al-Mojeb sempat membuat pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan Saudi.

Saat itu, al-Mojeb menyatakan, pembunuhan Khashoggi telah direncanakan. Saudi telah menahan 18 orang yang disebut terlibat dalam pembu nuhan Khashoggi, termasuk di antaranya adalah tim eksekusi Saudi yang datang ke Konsulat Saudi di Istanbul.

Namun, Saudi menolak permintaan Turki untuk mengekstradisi mereka. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pada Selasa lalu, Jaksa Istanbul sudah meminta Saudi untuk mengungkapkan orang yang memerintahkan pengiriman tim eksekusi Saudi ke Istanbul.

Berlanjut ke halaman berikutnya..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement