REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Salah satu korban dari pesawat Lion Air nomor register PK-LQP adalah engineer expert untuk pesawat Boeing 737 Max 8. Engineer atau teknisi ini merupakan teknisi Lion Air gelombang pertama yang mendapatkan pelatihan langsung dari produsen pesawat Boeing.
Teknisi tersebut diterbangkan bersama pilot, kopilot, dan lima awak kabin. keberadaannya menjadi teka-teki tersendiri, apakah ada kerusakan pesawat sehingga ia diharuskan on board dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir.
"Yang on board itu (teknisi yang) sudah expert, gelombang pertama yang dilatih Boeing," ujar Plt Direktur Teknik Lion Air Muhammad Rusli saat berbincang dengan Republika.co.id, di kantor Lion Air Flight Operation Engineering and Service (FOES), Neglasari, Kota Tangerang, kemarin.
Teknisi itu sengaja on board dari Jakarta menuju Pangkal Pinang. Ia menjadi korban ke-189 (sebelumnya ditulis 188) dengan perincian 178 penumpang dewasa, 1 orang anak-anak, 2 bayi, 7 orang kru pesawat (pilot dan kopilot, lima awak kabin), dan satu orang teknisi.
Teknisi yang ditugasi ini, menurut Rusli, sengaja ikut terbang untuk berjaga-jaga jika ada perbaikan yang diperlukan saat berada di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang. Perbaikan tersebut, menurut Rusli, adalah perawatan rutin. Pesawat yang baru dan dengan rute yang tak semuanya memiliki teknisi yang andal, maka teknisi tersebut sengaja dinaikkan ke pesawat.
"Sengaja ada teknisi yang kita on board sebab di Pangkal Pinang kita tak punya teknisi dengan kemampuan untuk Boeing 7373 Max 8," lanjut Rusli.
Petugas KPLP melakukan evakuasi barang milik korban pesawat Lion Air JT- 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Rabu (31/10/2018).
Sebanyak 10 pesawat Lion Air merupakan pesawat baru dari Boeing, dengan jenis 737 Max 8. Untuk mengawal mesin, perbaikan dan maintenance 10 pesawat itu, Rusli menyebut, Lion Air memiliki 40 teknisi expert yang mendapatkan pelatihan langsung dari pihak Boeing.
"Teknisi gelombang pertama itu langsung dilatih di Boeing, mereka sudah melewati berbagai tes, baik tes tulis, lapangan, hingga praktik langsung di Boeing," kata Rusli.
Dengan dinaikkannya seorang teknisi ke pesawat yang jatuh setelah hilang kontak di menit ke-13 mengudara itu, apakah pesawat dalam keadaan rusak parah?
Rusli menampik hal tersebut. Menurutnya, selain 40 teknisi, Lion Air memiliki puluhan teknisi lainnya yang sudah di ToT (training of trainer) atau dilatih ulang oleh teknisi yang langsung belajar dari Boeing tersebut. Ia menampik jika keberadaaan teknisi itu karena pesawat mengalami kerusakan parah.
"Jadi, tidak di semua bandara kami menyebar teknisi, hanya bandara besar yang ditempatkan teknisi. Selebihnya, jika menuju bandara-bandara kecil, teknisinya on board," kata Rusli menjelaskan.
Rusli mengatakan, dengan diterbangkannya satu teknisi itu untuk upaya antisipasi gangguan teknis pada pesawat saat mendarat di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Sebab, menurut dia, di bandara tersebut tidak ada teknisi yang mengerti soal Boeing 737 Max 8.
Meskipun beberapa peralatan dan sistem di pesawat tak jauh berbeda dengan jenis Boeing sebelumnya, pihak Lion Air tetap menerbangkan teknisi itu untuk mengantisipasi dan memperbaiki pesawat jika ada kendala teknis ditemukan saat mendarat.
"Memang sengaja (menaikkan teknisi), kalau ada kendala teknis bisa diatasi dengan cepat, nggak harus menunggu teknisi dari Jakarata ke sana (Depati Amir)," ujar Rusli.
Namun, Rusli tidak membantah atau membenarkan ada indikasi kerusakan teknis pesawat sehingga menyebabkan kecelakaan. Ia menyebut, keberadaan teknisi itu sudah sesuai proses. Pihaknya siap untuk diperiksa terkait hal ini.
"Kita sudah sesuai prosedur, termasuk dengan keberadaan teknisi itu, semuanya kita serahkan kepada KNKT," ucap Rusli.
Sebelumnya, pesawat Lion Air dengan register PK-LQP jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Pesawat yang lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta itu hilang kontak setelah 13 menit mengudara. Pesawat dipastikan jatuh ke laut dengan kecepatan tinggi.
Sebelum jatuh, pilot pesawat tujuan Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, itu sempat meminta RTB (return to base), yang mengindikasikan ada masalah teknis yang tak mampu ditangani oleh pilot. Belum sempat kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, pesawat tersebut telah dinyatakan hilang dan jatuh.
Kecelakaan fatal Lion Air