Senin 29 Oct 2018 01:15 WIB

Soal Pembakaran Bendera, PKS: Jangan Perkeruh Suasana

PKS berharap masing-masing pihak tidak memperkeruh suasana atau memprovokasi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Endro Yuwanto
Presiden PKS - Sohibul Iman
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Presiden PKS - Sohibul Iman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman kembali mengajak semua pihak melihat jernih kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid dalam acara peringatan Hari Santri Nasional, sepekan lalu. Menurutnya, akan lebih baik masyarakat bersabar dan menunggu proses hukum kasus tersebut di kepolisian.

"Sekarang kan proses hukum jalan ya. Kita serahkan saja pada proses hukum," ujar Sohibul di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Ahad (28/10).

Sohibul berharap masing-masing pihak tidak memperkeruh suasana atau memprovokasi. Sebab, kasus pembakaran bendera tersebut adalah masalah sensitif yang kasusnya bisa melebar.

"Sebagai warga negara jangan kita memperkeruh ya memprovokasi sehingga bukannya penyelesaian tapi justru makin melebar. Saya kira kita semua harus tenang ya termasuk media juga," kata Sohibul.

Pembakaran bendera itu terjadi saat perayaan Hari Santri Nasional di Alun-alun Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, pada Senin (22/10). Berdasarkan laporan polres setempat, pembakaran itu terjadi pada pukul 09.30 WIB.

Pada pukul 14.30 WIB, peringatan Hari Santri Nasional itu selesai. Namun, video pembakaran tersebut menjadi viral dan menimbulkan pro dan kontra di kalangan warganet. Saat ini Polda Jawa Barat juga sudah mendalami kasus pembakaran tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement