Ahad 28 Oct 2018 21:15 WIB

Anwar Ibrahim Kagumi Idealisme di Balik Sumpah Pemuda

Anwar Ibrahim mengingatkan generasi muda untuk tak berhenti belajar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Reiny Dwinanda
Tokoh Nasional Malaysia Anwar Ibrahim saat berada di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (27/10).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Tokoh Nasional Malaysia Anwar Ibrahim saat berada di Padang, Sumatra Barat, Sabtu (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tokoh nasional Malaysia, Dato' Seri Anwar Ibrahim, mengungkapkan kekagumannnya terhadap Sumpah Pemuda  yang mampu menyulut semangat persatuan muda-mudi Indonesia. Mantan Perdana Menteri Malaysia tersebut mengaku takjub dengan idealisme anak muda Indonesia tahun 1928 silam yang dengan segala keterbatasannya saat itu, mampu berkumpul dan mengikrarkan semangat untuk bersatu.

"Hari ini Sumpah Pemuda. Saya anak Melayu dari Pulau Pinang (Malaysia). Bagaimana mungkin tahun 1928, masih ada idealisme yang tercerna di kalangan anak-anak muda yang memungkinkan mereka mengungkap dasar besar bagi Indonesia. Yang tak hanya untuk Indonesia, namun untuk rantau Melayu," jelas Anwar saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Negeri Padang (UNP), Ahad (28/10).

Anwar melihat, tantangan yang dihadapi bangsa-bangsa modern adalah mencari cara untuk menghasilkan anak muda yang memiliki jiwa pahlawan. Ia mengingatkan generasi muda untuk tak berhenti belajar.

Baca juga: Tiba di Kota Padang, Anwar Ibrahim: Terasa Pulang Kampung

Di hadapan ribuan mahasiswa UNP, Anwar mengatakan bahwa universitas adalah ladang terbaik untuk menanam dan menimba ilmu. Anwar memandang belajar adalah cara terbaik bagi pelajar untuk melanjutkan semangat Sumpah Pemuda.

"Kalau kalian sudah bekerja, tak ada lagi waktu yang leluasa untuk menimba ilmu. Maka manfaatkan sebaik-baiknya saat ini," kata Anwar.

Di sisi lain, Anwar juga mengingatkan para tenaga pengajar untuk mencetak lulusan-lulusan yang memahami perannya di tengah masyarakat. Ia mengutip judul buku karangan Harry R Lewis, Excellence without a Soul.

Menurutnya, lulusan kampus hebat seperti Harvard di Amerika Serikat pernah dituding menghasilkan lulusan-lulusan pintar namun tak memiliki 'jiwa'. Jiwa yang dimaksud adalah tujuan hidup setelah menempuh masa kuliah dan praktik terjun di tengah masyarakat.

"Jangan sampai menerapkan pendidikan tanpa nilai dan akhlak yang akhirnya membuat lulusan tanpa soul," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Anwar juga menggaungkan wacana persatuan tokoh budaya dan sastra di Indonesia dan Malaysia. Menurutnya, ini bukan sekadar sentimen bersama, namun ada manfaat besar yang bisa diperjuangkan oleh Indonesia dan Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement