REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Klinik Dompet Dhuafa Layanan Kesehatan dan Psikologis memfokuskan pengobatan bersifat kuratif pada masa transisi dari darurat ke pemulihan bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu dan sekitarnya.
"Pengobatan kuratif sifatnya, mencegah," kata tim kesehatan Dompet Dhuafa dr. Evan Pramudito Mulyadi di Posko Pengungsian Masjid Agung, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (27/10).
Dia menjelaskan tim kesehatan yang bertugas di Sigi, Donggala, Palu melakukan pengobatan pada masyarakat korban bencana. Karena masa tanggap darurat telah berakhir, tim kesehatan melakukan kegiatan yang sifatnya kuratif atau menjaga.
Evan mengatakan pada masa awal pascabencana, banyak masyarakat yang mengalami trauma, luka robek, luka kepala. Setelah satu hingga dua minggu pascabencana, umumnya masyarakat mengalami diare, batuk, pilek, muntah, demam.
Evan mengatakan tidak ada perbedaan penanganan anatara Palu, Sigi, dan Donggala. Evan datang menjadi relawan saat masa transisi atau satu bulan pascabencana. Karena itu, dia mengatakan, tidak banyak tahap pengobatan yang dilakukan.
"Kita menjaga saja, siap sedia kalau ada kasus muncul tiba-tiba," kata dia.
Selain memfokuskan diri pada pencegahan, Evan mengatakan tim kesehatan Dompet Dhuafa juga fokus pada bantuan psikologi dini (PFA). Sebab, Dompet Dhuafa bertujuan mengembalikan mental dan kepercayaan korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi.
"Pasien didominasi remaja, dewasa, dan anak," ujar dia.
Evan mengatakan, setiap malam tim kesehatan Dompet Dhuafa melakukan koordinasi antardevisi untuk mensinergikan kegiatan di Posko Induk yang berlokasi di Jalan Nangka, Palu. Koordinasi itu juga memungkinkan tim melakukan kegiatan jemput bola pada pengungsi. Dia mengatakan, tim kesehatan Dompet Dhuafa juga selalu menekankan pengungsi untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, termasuk mencuci tangan.