Jumat 26 Oct 2018 00:03 WIB

Cina Pun Membuat Bulan Tiruan

Bulan buatan rencananya akan diterbangkan pada 2020.

Dwi Murdaningsih
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwi Murdaningsih*

Soal tiru meniru, barangkali Cina menjadi salah satu jagoannya. Cina berhasil 'meniru' berbagai macam produk mulai dari barang elektronik maupun mobil.

Cina mampu melakukan modivikasi teknologi dan bahan-bahan sehingga akhirnya diperoleh produk dengan dengan harga yang lebih murah dibandingkan negara-negara lainnya. Sebagai contoh, ponsel Xiaomi dari Cina yang perlahan menggeser pangsa pasar produk ponsel lain seperti Samsung dan Apple.

Kenapa bisa begitu? Karena Xiaomi mampu menawarkan teknologi yang mirip dengan harga yang lebih murah. Tapi apa yang akan ditiru oleh Cina pada tahun 2020 mendatang barangkali ini yang paling spektakuler.

Kini, ilmuwan di Cina sedang berusaha membuat bulan tiruan. Bulan? Ya, satelit bumi itu sedang akan dibuat tiruannya oleh Cina. Bulan buatan ini rencananya akan diterbangkan pada 2020 ke luar angkasa.

Ide ini dicetuskan agar pada malam hari suasana jalan jadi lebih terang. Rencananya, bulan artifisial ini akan diterbangkan di atas kota Chengdu yang terletak di provinsi Sichuan.

Dengan hadirnya bulan buatan, malam-malam di Chengdu akan dihiasi dua bulan. Bulan yang satu, adalah bulan asli, satelit Bumi ciptaan Tuhan. Bulan yang kedua adalah bulan buatan.

Ilmuwan memperkirakan bulan buatan memantulkan sinar delapan kali lebih terang daripada bulan asli. Bulan artifisial itu akan mengorbit 500 kilometer dari bumi atau lebih dekat jaraknya daripada bulan asli. Jarak antara bulan asli dengan bumi sekitar 380 ribu kilometer. Dalam pandangan manusia, cahaya bulan buatan ini  sekitar seperlima dari lampu penerangan jalan.

Apa yang sedang dilakukan oleh Cina adalah gambaran bagaimana teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan bisa menjadi solusi dari permasalahan manusia. Eksplorasi ruang angkasa yang identik dengan biaya mahal, oleh Cina ternyata bisa dimanfaatkan untuk hal konkret. Bukan semata-mata teori soal pencarian planet baru, meskipun hal tersebut juga penting untuk ilmu pengetahuan.

Soal eksplorasi ruang angkasa, Cina barangkali (berniat) bersaing dengan Amerika dan Rusia. Dua negara tersebut, apalagi Amerika paling getol meluncurkan proyek-proyek luar angkasa. Eksplorasi Badan Antaraiksa AS (NASA) bahkan sudah sampai Pluto, Matahari, atau bahkan lebih jauh dari itu.

Namun, langkah Cina membuat 'bulan buatan', menurut pandangan penulis adalah satu langkah lebih maju. Sebab, proyek ini bisa dirasakan manfaatnya secara konkret bagi rakyat Cina sendiri, meskipun masih terbatas di wilayang Chengdu.

Adanya bulan tiruan sudah pasti bisa membuat Cina menghemat biaya listrik. Media Cina melansir hadirnya bulan ini dapat menghemat anggaran listrik kota Chengdu sekitar 1,2 miliar yuan. Bulan buatan juga bisa menerangi apabila terjadi mati listrik atau bencana alam. Di masa depan biaya energi adalah sesuatu yang sangat mahal seiring dengan sumber-sumber energi yang semakin menipis.

Jika proyek ini sukses, Cina akan mengirim lagi tambahan bulan buatan ke langit sebanyak tiga buah pada 2022. Sebelum diluncurkan, proyek bulan buatan perlu diuji coba terlebih dahulu.

Cina juga menerapkan prinsip lingkungan hidup dalam pembuatan bulan tiruan ini. Ilmuwan wajib memastikan bulan buatan dapat memantulkan cahaya dan tidak merusak lingkungan hidup. Bulan buatan itu akan diuji coba di gurun pasir yang tidak berpenghuni sehingga cahaya yang dipantulkan tidak akan mengganggu orang ataupun peralatan observasi.

Tahun 2018 sudah hampir berakhir, rakyat Cina dan dunia menanti bulan tiruan di langit Chengdu. Jika tak ada halangan, mungkin dua tahun lagi.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement