REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hanafi Rais berharap umat Islam tidak terpancing dengan pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Ia mengingatkan sekarang ini menjelang pesta demokrasi nasional.
Hanafi meminta seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk ormas-ormas, lebih objektif dalam menyikapi bendera tauhid. "Karena saat ini adalah tahun politik, diharapkan umat Islam jangan terpancing. Hal ini supaya situasi nasional dapat terjaga hingga perhelatan Pemilu 2019," kata Hanafi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (25/10).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memang menyatakan bendera yang dibakar itu merupakan bendera berkalimat tauhid dan tidak ada hubungannya dengan HTI. Hanafi pun berpendapat bendera yang dibakar dalam video yang beredar luas adalah Ar Rayah (Panji Rasulullah), bendera berwarna hitam yang bertuliskan kalimat tauhid.
Ia mengatakan bendera tauhid memiliki nilai sejarah sangat kuat dengan perjuangan bangsa Indonesia. Akan tetapi, masyarakat sudah terdoktrin oleh informasi bahwa bendera tersebut adalah simbol Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai ormas terlarang di Indonesia.
Ia menerangkan pro dan kontra video oknum anggota Banser membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid tidak lepas dari stigma negatif bendera tersebut. Bendera itu tidak hanya diidentikan dengan ormas HTI, melainkan juga ISIS, dan bahkan terorisme.
Panji Rasulullah
Ar-Rayah dan Al-Liwa, kata Hanafi, adalah salah satu dari sekian banyak variasi bendera dan panji dalam Islam. Cirinya adalah warna dasar putih dan hitam. Panji penanda pasukan Nabi Muhammad saw dinamai Rayat Al-Uqab atau Panji Elang dan warnanya polos. Namun, kemudian seluruh panji hitam dari pasukan Islam juga dinamai Al-Uqab.
"Ini merujuk pada Hadist Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas r.a. bahwa Rayah Rasulullah saw. berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih. Ar Rayah merupakan panji perang Rasulullah berwarna hitam bertuliskan lafaz Tauhid 'Laa ILaaha Illaallah Muhammadar Rosulullah', sedangkan Liwa merupakan bendera Rasulullah berwarna putih," kata Mas Han, sapaan akrab politikus PAN ini.
Bila dikaitkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kata dia, bendera tauhid selalu menghiasi panji-panji sejumlah kerajaan Islam di Nusantara hingga organisasi keislaman. Ia mencontohkan Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Tidore, atau Kesultanan Inderapura di Sumatra Barat pada tahun 1347 hingga Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Samanhudi pada tahun 1905 juga menggunakan lambang yang memuat kalimat tauhid di dalamnya.
"Pemakaian kalimat tauhid menandakan betapa pentingnya dalam sejarah bangsa kita yang melakukan perlawanan jihad fi sabilillah memperjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Mas Han.