REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Calon Wakil Presiden nomor urut 1, KH Ma'ruf Amin, menggalang dukungan dari kalangan pesantren di Solo. Kiai Ma'ruf mengunjungi Pondok Pesantren Al-Muayyad, Solo, Rabu (24/10). Dalam kesempatan tersebut, Kiai Ma'ruf melakukan pertemuan dengan para kiai dan para santri.
Kiai Ma'ruf mengaku merasa berbahagia sekali karena disambut dengan luar biasa oleh para kiai dan para santri. Terlebih, saat ini momennya bertepatan dengan bulan Hari Santri Nasional (HSN). "Dan saya minta doa dari komunitas mereka karena saya santri, mohon doa karena saya dicalonkan sebagai Calon Wakil Presiden oleh pak Jokowi karena kita anggap ini penghargaan kepada kaum santri," katanya kepada wartawan seusai acara silaturahim.
Jika nantinya terpilih menjadi wakil presiden, ia berjanji pemerintah akan membantu pesantren dan para santri sepenuhnya. Membantu untuk menjaga negara, menjaga agama, melakukan pembangunan kemaslahatan, serta menghilangkan bahaya-bahaya yang menimpa baik bahaya ekonomi, bahaya politik, sosial budaya dan merawat keutuhan bangsa ini. "Para ulama tidak jadi penonton tapi sebagai pelaku bersama-sama pemerintah," katanya.
Setelah melakukan silaturahim ke Pesantren Al-Muayyad Solo, KH Ma'ruf Amin melakukan silaturahim dengan Nahdliyin Solo Raya di Hotel Alila Solo. Sorenya, Kiai Ma'ruf mengunjungi Pesanten Popongan, dilanjutkan ke Peresantren Pancasila Sakti/Al-Muttaqin serta pengajian di Sunan Gribig, Jatinom, Klaten.
Sebelumnya, disebutkan pendidikan yang diajarkan para santri bukan hanya sekedar kewajiban untuk menguatkan aqidah, ibadah ataupun kewajiban untuk memperkokoh ahklak semata. Tetapi para santri juga sudah dituntut untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan umum dan wawasan kebangsaan dalam upaya untuk menjaga persatuan dan melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman radikalisme dan terorisme
Dengan memperdalam ilmu pengetahuan umum dan wawasan kebangsaan, maka para santri juga harus bisa menjalankan kewajiban-kewajiban bagaimana untuk bisa ikut mensejahterakan bangsa ini secara utuh. Sehingga masyarakat Indonesia nantinya bisa hidup bersama dan damai di negeri ini.
“Di sinilah kematangan yang harus bisa dicapai oleh para santri, mulai dari kematangan spiritual, sosial, intelektual dan kematangan-kematangan lainnya termasuk kematangan untuk bisa berbeda di dalam bermaghab, maupun berbeda dalam kehidupan. Kematangan-kematangan yang dimiliki santri itulah sehingga nantinya mampu untuk menciptakan NKRI yang lebih kokoh,” ujar Ketua Umum Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi), Prof Dr Ahmad Satori Ismail.
Lebih lanjut dikatakan Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, di dalam menyambut Hari Santri Nasional lalu, di era milenial ini para santri juga harus bisa mengembangkan diri dalam meneruskan estafet perjuangan jihad santri di masa lalu. Apalagi bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang sejahtera, adil, makmur, hidupnya rukun, damai, sehingga menjadi bangsa yang besar. Apalagi diantara yang berperan di dalam membangun bangsa ini menurubya adalah para ulama.
“Dan para ulama inilah yang kemudian membina para santri yang dengan tulus ikhlas dan mau berjuang. Dari sinilah diharapkan para para santri itu bisa menghayati perjuangan para pendahulunya dan dapat menjadi penerus perjuangan mereka untuk menjaga NKRI ini dari berbagai macam rong-rongan seperti radikalisme, terorisme ataupun rong-rongan separatisme dan sebagainya,” ujar anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.