REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, enggan menanggapi hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA soal elektabilitasnya dan Sandiaga Uno melawan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Ia justru menjawab Denny JA bukan Tuhan dan siapapun bisa membuat survei.
"Kenapa survei Denny JA, Denny JA itu apa? Tuhan? Bukan kan?, Nanti saya juga bisa bikin survei," katanya usai menghadiri deklarasi Gerakan Emas di Stadion Klender, Jakarta, Rabu (24/10).
Ia menambahkan survei itu tergantung siapa yang membayar. Ia pun mengaku heran lantaran ditodong pertanyaan tersebut. "Kenapa nggak ada yang nanya soal susu sih? Tanyanya soal susu," ujarnya.
Hasil survei LSI Denny JA terbaru menunjukkan kasus hoaks Ratna Sarumpaet memiliki efek elektoral terhadap masing-masing pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Suara pemilih yang belum menentukan pilihannya pada survei sebelumnya kini lebih banyak yang mendukung ke arah Jokowi-Ma’ruf.
"Kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet punya efek elektoral terhadap para capres," ujar peneliti senior LSI Denny JA, Ikram Masloman, dalam pemaparannya di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Selasa (23/10).
Survei tersebut menemukan, kasus hoaks Ratna menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terdampak sentimen negatif dari kasus hoaks yang sama.
Ikram juga menjelaskan, sebanyak 25 persen responden menyatakan, kasus hoaks itu membuat mereka lebih mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara 17,9 persen responden menyatakan kasus ini membuat mereka lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi.
Menurutnya, efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan karena Ratna adalah salah satu tim kampanye nasional Prabowo. Diperkuat lagi dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespons berita hoaks Ratna.
"Kasus hoaks Ratna Sarumpaet merugikan Prabowo. Ada 17,9 persen publik yang menjadi lebih tidak mendukung," kata dia.