REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Gunung Anak Krakatau atau GAK yang terletak di perairan Selat Sunda kembali erupsi dengan mengeluarkan abu vulkanis setinggi 400 meter pada Selasa (23/10). Kolom abu vulkanis GAK berwarna hitam tersebut menyembur ke arah utara.
Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan, erupsi GAK terekam dalam seismogram dengan amplitudo 56 mm dan durasi satu menit 36 detik. “Iya benar, erupsi lagi,” kata Andi Suardi, Selasa (23/10).
Ia mengatakan, meski terjadi erupsi, status GAK masih waspada level II dengan larangan mendekat jarak radius dua kilometer. Menurut dia, tidak ada perubahan mengenai status dan larangan tersebut bagi nelayan, wisatawan, dan pengunjung lainnya demi keselamatan bersama.
Sejak Selasa (9/10), GAK yang berada di perairan Selat Sunda berbatasan dengan Provinsi Lampung dan Banten, masih mengeluarkan material vulkanis berupa lava pijar. Aktivitas GAK tersebut menjadi tontonan warga yang bermukim di pulau-pulau sekitarnya.
Menurut Laksono, warga Kalianda, aktivitas GAK yang mengeluarkan lava pijar saat meleleh dan memancar ke atas sudah lama terjadi dan belum hilang. Pengeluaran material vulkanis lava pijar tersebut menjadi tontonan menarik dan menakjubkan bagi warga sekitar dan pengunjung bila dilihat pada malam hari.
“Kalau warga sekitar, misalnya, yang berada di Pulau Sebesi sudah menjadi biasa, tapi banyak warga atau pengunjung lain yang sengaja datang mendekat untuk mengabadikan lava pijar Kraktau malam hari,” tutur Laksono.
Ia mengatakan, pengunjung sengaja menyewa kapal dan bermalam di sekitar Pulau Sebesi untuk menyaksikan semburan lava pijar GAK. Menurutnya, video saat GAK mengeluarkan material vulkanis lava pijar tersebut yang beredar di media sosial adalah benar.
Kepala Pos Pantau GAK Andi Suardi membenarkan lava pijar yang keluar dari kawah gunung tersebut sebagian juga ada yang jatuh laut. Sedangkan, visual keluar, menyembur, dan meleleh lava pijar dapat disaksikan jelas pada malam hari.