REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno memanfaatkan Hari Santri Nasional dengan mengunjungi Pondok Pesantren Tebu Ireng, di Jombang, Jawa Timur. Dalam kesempatan itu, Sandiaga berharap agar para santri berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Menurut Sandi, para Santri itu luar biasa, karena pengetahuan agamanya sangat baik. Kemudian juga kalau diberikan pengetahuan tentang perniagaan, tentang kewirausahaan akan luar biasa dampaknya kepada kemajuan, bukan hanya ekonomi, tapi pembangunan bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, kata Sandi, pengetahuan perniagaan dan kewirausahaan harus dikembangkan di dunia pesantren.
"Sehingga mereka juga berperan aktif di dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Agar santri-santri ini keluar dari pondok pesantren ini, punya kemampuan bukan mencari pekerjaan tapi menciptakan lapangan kerja,” terang Sandi dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (22/10).
Dalam kesempatan itu, Prabowo-Sandi langsung dijamu oleh oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Solahudin Wahid atau Gus Solah. Sandi menjelaskan diskusinya dengan Prabowo dan Gus Solah lebih banyak menyentuh ekonomi. Seperti bagaimana santri ke depan bisa dikuatkan selain dari ilmu yang mereka tekuni.
"Jadi selain menekuni bidang agama agama, ada juga ilmu-ilmu kewirausahaan, ilmu entrepreneurship sehingga santri itu bisa mandiri," tutur Sandi.
Sementara itu, capres Prabowo Subianto mengucapkan terima kasih sudah diundang oleh keluarga besar pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari dan bisa bersama memperingati hari Santri Nasional tersebut. Ia menuturkan, kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta yakni dengan adanya proklamasi kemerdekaan, setelah ratusan tahun berjuang untuk kita merdeka tidak menjadi budak dan jajahan bangsa lain.
Prabowo menambahkan, ujian proklamasi itu dilaksanakan di Surabaya pada Oktober dan November 1945 dengan kembalinya penjajah Belanda dibantu oleh tentara sekutu yang ingin merebut kemerdekaan Indonesia. Namun, dengan lahirnya Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945 yang diprakarsai oleh KH Hasyim Asy'ari bersama kiai NU saat itu, keinginan penjajah untuk merebut kemerdekaan Indonesia gagal.
"Karenanya resolusi jihad yang diprakarsai oleh KH Hasyim Asy'ari dan tokoh-tokoh pendiri Nahdlatul Ulama lainnya adalah bagian yang sangat penting dalam sejarah lahirnya Republik Indonesia," terang Prabowo.
Ketua Umum Partai Gerindra itu juga mengingatkan, karena peristiwa tersebut, Resolusi Jihad NU pengaruhnya sangat besar mendorong semangat rakyat Jawa Timur, dan semangat seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di bawah tekanan asing yang begitu besar kuatnya.
"Resolusi jihad merupakan bukti atas komitmen para ulama dan pemimpin pemuka pemuka agama Islam yang dipelopori oleh Nahdlatul Ulama. Dan mereka adalah pejuang pejuang kemerdekaan yang sangat patriotik dan cinta tanah air," tegasnya.