Senin 22 Oct 2018 02:26 WIB

Pemerintah Resmikan Destinasi Wisata Taman Gandrung Terakota

Arief meyakini, ke depan Banyuwangi dapat menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Endro Yuwanto
Wisatawan memadati kaldera kawah Gunung Ijen Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (22/10).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Wisatawan memadati kaldera kawah Gunung Ijen Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan owner Java Banana Ijen Sigit Pramono meresmikan Taman Gandrung Terakota di Kawasan Jiwa Jawa Ijen Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Taman Gandrung Terakota (TGT) merupakan taman yang berisi ratusan patung penari gandrung di lahan persawahan terasering di kaki Gunung Ijen.

Selain melengkapi atraksi di Banyuwangi, TGT turut menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten berjuluk Sunrise of Java tersebut. “Luar biasa keren. Kalo Banyuwangi ingin menjadi destinasi kelas dunia harus punya 3A (atraksi, amentias, dan aksestabilitas) TGT lanskapnya oke, amphitheaternya keren, terakotanya juga oke banget,” ujar Arief dalam pernyataan resmi yang diterima Republika.co.id, Ahad (21/10).

Arief meyakini, ke depan Banyuwangi dapat menjadi destinasi kelas dunia. Sebab, dari sisi amenitas Banyuwangi telah memiliki puluhan hotel dan ratusan homestay. Namun, dari sisi aksestabilitas, Bandara Banyuwangi harus menjadi bandara internasional. Pada 20 Oktober mendatang, telah dijadwalkan akan ada first flight internasional dari Kuala Lumpur. “Atau harapannya tahun ini ada penerbangan langsung dari luar negeri ke Banyuwangi,” ujarnya.

Arief mencatat, Banyuwangi merupakan daerah dengan nilai pendapatan per kapita terbesar nomor dua di Provinsi Jawa Timur. Menurut dia, jika di suatu daerah diadakan banyak acara, maka indeks kebahagiaan akan lebih tinggi. Karena itu, komitmen kepala daerah untuk memajukan destinasi wisata diperlukan.

Arief pun menyingung terkait destinasi wisata di Ubud, Bali. Menurutnya, Ubud bisa hebat karena menjual produk, proses, dan filosofi. Tarian khas Ubud merupakan produk. Anak-anak yang belajar menari adalah proses yang juga dipamerkan kepada wisatawan. TGT, kata Arief, bisa meniru langkah serupa Ubud dalam menarik perhatian wisatawan.

Sementara untuk filosofi, di Bali itu terdapat konsep kosmologi Tri Hita Karana yang berarti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Lewat Festival Gandrung Sewu yang akan digelar di TGT, diharapkan mampu memperkuat akar budaya sehingga menjadi filosofi bagi TGT.

“Ada akar budaya yang kuat di Banyuwangi dan juga sama seperti di Bali. Kalo kita bisa eksplorasi lebih bagus. Padi itu jauh lebih mahal dipandang daripada dipanen. Di resort-resort di Ubud sana ratenya mencapai 15 juta per malam untuk melihat padi. Saya yakin di sini pun bisa,” kata Arief menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement