REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Brawijaya Kota Malang, Jawa Timur, memecahkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori pemeriksaan kesehataan kucing terbanyak, yakni 456 ekor.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Aulanni'am di Malang, Sabtu mengatakan, pemecahan rekor tersebut merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan dalam peringatan Dies Natalis Universitas Brawijaya Kota Malang ke-56 tahun 2018.
"Dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-56, kita memilih pemecahan rekor MURI untuk pemeriksaan hewan terbanyak," katanya.
Aulanni'am mengatakan, pemilihan hewan peliharaan kucing untuk pemecahan rekor tersebut dikarenakan di Kota Malang banyak pecinta kucing. Terlebih, masyarakat juga perlu diberikan edukasi terkait penularan penyakit dari hewan ke manusia, dan sebaliknya.
Kegiatan tersebut mengusung tema "Pemeriksaan Kesehatan dan Pemberian Obat Cacing Massal pada Kucing Sebagai Usaha Pengendalian Penyakit Hewan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Manusia Melalui Kesehatan Hewan".
Pemecahan rekor MURI tersebut dilakukan berupa pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat cacing kepada kucing. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau para pemilik kucing tentang penyakit helminthiasis atau cacingan pada kucing, menjadi permasalahan tersendiri bagi hewan peliharaan tersebut dan pemiliknya.
"Selain untuk mendapatkan rekor MURI, kita juga memberikan edukasi kepada para pecinta kucing bagaimana untuk menangani hewan peliharaan dengan baik. Tidak memanusiakan kucing, tapi kita merawat mereka sesuai kodratnya sebagai kucing," kata Aulanni'am.
Sementara itu, Manager MURI Ariani Siregar mengatakan bahwa berdasarkan usulan awal panitia pelaksana, ada 256 ekor kucing, namun setelah pihaknya melakukan verifikasi ada 456 ekor kucing dan pemberian rekor tersebut diabadikan pada urutan ke-8.692.
"Untuk rekor serupa belum pernah ada. Tapi untuk kontes kucing terbanyak pernah dicatat sebanyak 260 ekor kucing," kata Ariani.
Pelaksanaan pemeriksaan dan pemberian obat cacing terhadap 456 ekor kucing tersebut melibatkan 36 orang dokter hewan dan sejumlah mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Kota Malang